tirto.id - Perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Corporation (HMC) membidik negara ASEAN untuk menjadi lokasi basis produksi barunya. Indonesia menjadi negara yang dipertimbangkan untuk menjadi salah satu negara tujuan investasi Hyundai itu.
Basis produksi itu akan memiliki fasilitas perakitan station wagon dan sedan dalam bentuk completely knock down (CKD) dan incompletely knock down (IKD) yang berasal dari India.
“Selain itu, mereka ingin pendalaman industri komponen dan spare parts di Indonesia,” kata Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, di Jakarta, Kamis (26/10/2017) seperti dikutip Antara.
Dia menyampaikan hal itu usai Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menerima Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Taiyong Cho, di Kementerian Perindustrian, Jakarta pada hari ini.
Menurut Suryawirawan, guna meningkatkan daya saing produknya di Indonesia, Hyundai mengusulkan penurunan tarif bea masuk atas impor CKD dari India.
Menanggapi usulan tersebut, Suryawirawan menyampaikan, saat ini tarif yang berlaku atas impor kendaraan bermotor dalam keadaan CKD, berdasar perjanjian ASEAN-India FTA (AIFTA), adalah sebesar 5 persen. Menurut dia, tarif itu masih mungkin diturunkan menjadi 0 persen secara unilateral.
“Hal tersebut tergantung pada komitmen dari investasi dan pendalaman struktur industri yang akan dilakukan HMC di Indonesia,” kata dia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menambahkan pemerintah saat ini sedang berupaya meningkatkan investasi yang signifikan dari para pelaku industri Korea Selatan. Sektor otomotif merupakan salah satu pilihan utama. Pasalnya, perusahaan asal Korsel seperti Hyundai hanya memiliki satu pabrik perakitan di Indonesia untuk produksi 1 jenis mobil.
“Sebelumnya, kami telah berbincang dengan pihak Hyundai Motor. Mereka memang minat berinvestasi di Indonesia. Untuk itu, ketika bertemu dengan Bapak Dubes dari Korea, kami juga membahas tentang rencana ekspansi tersebut,” kata Airlangga.
Menurut Airlangga, industri otomotif merupakan salah satu sektor strategis yang menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hingga Juni 2017, penjualan mobil domestik mencapai 533.537 dan diproyeksikan sepanjang tahun ini akan sampa pada angka sekitar 1,1 juta unit.
Industri otomotif nasional juga akan meningkatkan performanya dengan menambah kapasitas produksi menjadi 2,2 juta unit per tahun. Sedangkan, ekspor mobil hingga Juni 2017 mencapai 113.269 unit dan ditargetkan sampai akhir tahun ini sebanyak 200 ribu unit.
"Pada tahun 2015 kita sudah surplus 466 juta dollar AS, dan akhir tahun 2016 meningkat menjadi 600 juta dollar AS. Jadi Indonesia sudah menjadi net exporter untuk sektor otomotif," ujar Airlangga.
Dia menilai Indonesia memiliki potensi bagus untuk pengembangan manufaktur otomotif skala global. Hal ini karena pangsa pasar otomotif Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Kontribusinya setara sepertiga total permintaan pasar ASEAN atau senilai 1 triliun dollar AS dari 2,3 triliun dollar AS.
Selain itu, sebanyak 1.500 perusahaan komponen negeri mulai lapis pertama hingga ketiga juga sudah ada di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerja kita di sektor otomotif di dalam negeri kini mencapai satu juta orang. Apabila digabung dengan industri pendukungnya, Airlangga mencatat, jumlahnya bisa lebih dari lima juta tenaga kerja.
“Kekuatan ini dapat dijadikan sebagai basis produksi bagi pabrikan otomotif untuk memenuhi kebutuhan domestik ataupun ekspor,” kata dia.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom