Menuju konten utama

Hujan Es dan Angin Kencang Rusak Rumah Warga di Aceh Tengah

Hujan es berbentuk kristal kecil disertai angin kencang melanda rumah warga di dua kampung (desa), yakni Ujung Gele dan Pepalang, Aceh Tengah.

Hujan Es dan Angin Kencang Rusak Rumah Warga di Aceh Tengah
Ilustrasi Hujan Es. FOTO/antaranews

tirto.id - Hujan es berbentuk kristal kecil disertai angin kencang melanda dan merusak rumah warga di dua kampung (desa), yakni Ujung Gele dan Pepalang di Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, Selasa (26/3/2019) pukul 15.00 WIB.

"Akibat dari dua peristiwa yang terjadi secara bersamaan, delapan rumah rusak karena terpaan angin kencang," ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Rabu (27/3/2019).

Dadek menyebutkan, sebanyak delapan unit rumah milik masyarakat yang rusak tersebut karena tertimpa pohon tumbang, dan bagian atas atau atap rumah terbang ke udara akibat ditiup angin kencang disertai hujan batu es.

Enam unit rumah rusak itu berada di Desa Pepalang ditempati pasangan suami/isteri Hasbi (67), keluarga Sukri (36), lalu keluarga Ismail (49), keluarga Irwansyah (56), pasangan suami/isteri Ardi (60), dan Lina (26).

Sementara dua unit rumah sisanya ada di Desa Ujung Gele yang ditempati keluarga Sulawesi (46) serta dua orang anaknya, dan keluarga Ika (34) beserta isteri dan buah hatinya.

Tim reaksi cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah yang mengetahui informasi dari masyarakat setempat pun langsung bergerak ke lokasi terjadinya peristiwa fenomena alam yang cukup jarang terjadi di provinsi paling Barat Indonesia ini.

"BPBD setempat turun ke lokasi sekaligus untuk melakukan pendataan kerusakan rumah warga, dan membantu membersihkan puing-puing atap rumah, seperti atap seng yang terbawa angin kencang," kata Dadek.

"Alhamdulilah, tidak ada korban jiwa maupun mengungsi hingga malam tadi," lanjutnya lagi.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyatakan, hujan es disertai angin kencang yang cenderung puting beliung merupakan hal biasa karena termasuk salah satu fenomena hidrometeorologi.

"Itu, fenomena hidrometeorologi biasa. Bukan hal yang aneh, apalagi disangkut-pautkan dengan mistis.Terjadinya hujan es, tidak terlepas dari awan Cumulonimbus," kata Kepada Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Aceh, Zakaria Ahmad.

Menurutnya, hujan berbentuk kristal-kristal berukuran kecil atau batu es kecil terjadi akibat terpenuhi beberapa syarat, ketika uap air turun menjadi hujan ketika masih berada di lapisan atmosfer.

Syarat utama, yakni hujan tumbuh di dalam awan Comulonimbus, lalu memiliki dasar awan sangat rendah, dan terakhir bila di bawah permukaan awan, maka memiliki suhu sangat dingin.

"Bila tiga syarat tersebut sudah terpenuhi, maka besar kemungkinan akan turun hujan berbentuk butiran es," katanya.

Baca juga artikel terkait CUACA EKSTREM

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Maya Saputri