tirto.id - Anggota keluarga almarhumah Ufie Supiati binti Muhammad Undu, warga jalan Petojo Selatan VIII, Gambir, Jakarta Pusat, heran dengan viralnya isu hoax tentang tidak akan disalatkannya nenek berusia 73 itu akibat perbedaan pilihan politik dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.
Salah satu keluarganya, Mulyatun (47) membantah berita tersebut. "Nggak ada masalah. Sebenarnya sudah selesai. Saya tidak tahu kenapa masalah-masalah ini jadi besar," ujar dia kepada wartawan di rumahnya, Minggu (26/3/2017).
Atun tak habis pikir bagaimana kabar tersebut menjadi santer dan viral. Namun demikian ia mengakui jika banyak tetangga yang berseberangan dengan pilihan politiknya di Pilkada DKI tahun ini.
Atun bercerita bahwa isu ini bermula dari kehawatirannya saja jika Nenek Ufie tidak akan disalatkan seperti berita-berita sebelumnya. Kekhawatiran Atun wajar mengingat posisi Ufie yang merupakan Ketua Ranting Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kelurahan Petojo Selatan, sehingga sangat jelas jika ia mendukung pasangan calon nomor 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Diketahui bahwa mendiang Ufie meninggal di rumahnya akibat stroke yang ia derita pada Sabtu (25/3/2017) sekitar pukul 15.00 WIB. Jenazah kemudian diinapkan semalam dan baru dilakukan proses penyalatan sekitar pukul 09.00 WIB di masjid Asy-Syarif sebelum akhirnya dimakamkan di pemakaman Karet Bivak.
Atun mengaku jika sebenarnya tidak ada sama sekali permasalahan terkait penundaan tersebut. "Sebenarnya nggak ada masalah. Memang kemarin, kami nunggu keluarga dari Cikuya, Banten. Keluarga baru datang tadi malam pukul 22.00 WIB dan baru dishalatkan dan diluncurkan hari ini, pukul 09.00 WIB. Karena memang nggak mau buru-buru," jelasnya.
Jenazah dishalatkan oleh Cecep yang masih merupakan kolega Atun. Cecep sendiri adalah kader Partai Nasdem. Sebagaimana pengakuannya, Cecep dimintai menyalatkan Ufie dikarenakan imam masjid tengah berhalangan.
"Masjid menerima dengan baik. Tadi saat salat yang menyalati pak Cecep dari Nasdem. Saya sempet dengar kabar imamnya sedang sakit makanya saya pakai partai Nasdem. Yang menyalati dari Nasdem dan PDIP," kata dia.
Dewan Kemakmuran Masjid Asy-Syarif, Nuryanto, juga membantah kabar tersebut. Ia mengatakan apa yang dikabarkan tersebut hanyalah sebuah kesalahpahaman.
"Kita ini sifatnya menerima dan menunggu, saat meninggal sudah kita dampingi, alat-alat untuk menyelenggarakan mayat kita pinjamkan. Menyalatkan itu terserah pihak keluarga, kalau diminta kami siap, kalau tidak, kami tak bisa memaksa, siapa tahu pihak keluarga mau menyalatkan di tempat lain," ujar dia pada Minggu (26/3/2017).
Ia mengaku sudah memanggilkan seorang ustaz untuk mengimami, namun tidak jelas koordinasinya.
Sementara itu Ketua RT setempat, Yatna (54). membenarkan apa yang dikatakan oleh Nuryanto jika tidak ada penolakan dari warga setempat Karena perbedaan politik.
"Disini aman terkendali, Ustad Manasrul di panggil (untuk menyalatkan) gak bisa memang sudah tua dan sakit," kata Yatna ketua RT 08.
Yatna menambahkan jika di sekelilingnya tidak ada spanduk yang bermuatan provokatif. Meski ada perbedaan, namun warga setempat tidak mudah terpancing. Bahkan, kata dia, posko pemenangan pun tidak ada sehingga bisa dikatakan aman.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh warga setempat. Seorang narasumber perempuan berusia 65 tahun yang enggan menyebutkan nama mengatakan jika tidak ada masalah sama sekali terkait prosesi penyalatan hingga pemakaman jenazah Nenek Ufie.
"Gak ada masalah apa-apa. Biasa saja aman terkendala. Orang udah gak ada namanya jangan dipersulit," ujarnya di lokasi yang sama, Minggu (26/3/2017).
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Akhmad Muawal Hasan