tirto.id - Syawalan merupakan tradisi setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini suda dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejakdahulu. Beberapa tradisi biasanya dilakukan pada hari ke-7 bulan Syawal. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan di hari-hari lain di bulan Syawal dan tidak terikat di hari ke-7 saja.
Tradisi Syawalan biasanya diisi dengan berbagai kegiatan seperti halal bihalal, ziarah ke makam leluhur, hingga acara adat tertentu sesuai dengan kebiasaan di setiap daerah.
Di beberapa daerah, Syawalan juga dirayakan dengan acara khusus, misalnya upacara Lomban di Jepara yang dilakukan dengan larung kepala kerbau ke laut pada hari ke-7 setelah Idul Fitri sebagai simbol rasa syukur. Ada pula tradisi Grebeg Syawal di Keraton Kasunanan Solo hingga Kasultanan Yogyakarta.
Kemudian tradisi lain, seperti Lebaran Ketupat yang diwarnai makan ketupat bersama di beberapa daerah. Tradisi Lebaran Ketupat memilki sebutan masing-masing, misalnya Lebaran Nine di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga bada atau riyoyo kupat di Jawa. Namun, dengan penyebutan berbeda itu, tradisi Syawalan umumnya memilki makna yang cukup identik.
Hikmah Syawalan Idul Fitri dalam Islam dan Contohnya
Dalam Islam sendiri, tradisi syawalan ini memiliki banyak hikmah yang bisa kita ambil yang selaras dengan ajaran agama. Syawalan bukan cuma sekadar perayaan turun-temurun, tetapi juga sebagai momen penting untuk mempererat silaturahmi dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
Salah satu hikmah utama Syawalan yang dapat diambil adalah mempererat tali silaturahmi. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitar termasuk keluarga, tetangga, hingga teman. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim).
Contohnya, saat Syawalan, banyak orang mengunjungi sanak saudara, bersalaman, dan saling memaafkan. Hal ini tentunya dapat mempererat hubungan di antara sesama, antara keluarga, saudara, hingga teman.
Selain itu, Syawalan juga mengajarkan untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Tradisi Syawalan sering diisi dengan doa bersama, berbagi makanan, dan membantu sesama.
Misalnya, dalam beberapa daerah, masyarakat mengadakan acara makan bersama atau berbagi ketupat sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur. Kegiatan berbagi dalam perayaan Syawalan tersebut sekaligus melatih rasa syukur pada sesama.
Hikmah lain dalam acara Syawalan yang dapat diambil, yaitu dengan menjadikannya sebagai momen introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah Swt.
Setelah satu bulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan, umat Muslim dapat selalu mempertahankan kebiasaan baik, seperti rajin shalat, membaca Al-Quran, dan berbuat baik kepada orang lain.
Makna dan Filosofi Syawalan Lebaran Idul Fitri
Secara filosofi, Syawalan mencerminkan semangat silaturahmi dan saling memaafkan. Dalam Islam, menjaga hubungan baik dengan sesama adalah ajaran yang sangat ditekankan.
Dengan saling mengunjungi dan meminta maaf, seseorang dapat membersihkan hati dari rasa iri, dengki, atau kesalahpahaman yang mungkin terjadi sebelumnya. Ini sesuai dengan makna Idul Fitri sebagai hari kembali ke kesucian.
Selain itu, Syawalan mengandung filosofi bersyukur dan berbagi rezeki. Hal ini sering diwujudkan dalam kegiatan tradisi makan bersama, berbagi ketupat, atau memberikan sedekah kepada sesama atau yang membutuhkan. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang mencari dan mendapatkan sesuatu, tetapi juga tentang berbagi kepada orang lain.
Manfaat Tradisi Syawalan di Indonesia
Tradisi Syawalan bukan sekadar perayaan, tetapi juga memiliki banyak manfaat, baik dari segi sosial, budaya, maupun spiritual. Salah satu manfaat utama dari syawalan adalah mempererat silaturahmi.
Momen ini menjadi kesempatan bagi keluarga, teman, dan masyarakat untuk saling bertemu, meminta maaf, dan berbagi kebahagiaan. Dengan begitu, hubungan antarindividu menjadi lebih erat dan harmonis.
Selain itu, tradisi Syawalan juga berperan dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal. Kebiasaan seperti halal bihalal, makan ketupat bersama, serta berbagai tradisi unik di setiap daerah menjadi satu bagian dari sekian banyak warisan budaya yang bisa terus dilestarikan.
Di sisi lain, Syawalan juga mengajarkan nilai syukur. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan berbagi rezeki dan kebahagiaan dengan sesama. Tentunya tradisi ini juga memperkuat rasa kebersamaan masyarakat.
Manfaat yang terakhir, syawalan dapat menjadi momen introspeksi diri, dengan seseorang dapat merefleksikan diri dan berusaha memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik setelah selesai melaksanakan semua ibadah di bulan Ramadhan.
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Dicky Setyawan & Yantina Debora