tirto.id - Cotton bud merupakan salah satu yang wajib masuk dalam daftar belanja bulanan. Untuk membersihkan telinga, umumnya kita akan memilih menggunakan alat tersebut. Tak butuh waktu lama, mudah didapat dan harganya murah, menjadikan cotton bud sebagai pilihan untuk membersihkan telinga.
Namun, alat yang sering kita gunakan tersebut dinyatakan sebagai pemicu ribuan anak di AS dilarikan ke rumah sakit setiap tahunnya menurut studi yang dipublikasi olehThe Journal of Pediatrics pada Mei 2017.
Studi tersebut yang merupakan hasil penelitian Nationwide Children's Hospital menganalisa data kunjungan UGD dari tahun 1990 sampai 2011 dan menemukan bahwa sekitar 263 ribu anak dilarikan ke UGD karena cedera telinga yang terkait penggunaan cotton bud.
Menurut penelitian, rata-rata sekitar 12.500 anak yang mengalami cedera tiap tahunnya atau 34 cedera per hari karena cotton bud. Hampir seluruh cedera telinga terjadi di rumah dengan persentase mencapai 99,4 persen sedangkan 0,6 persen terjadi di luar rumah.
Jika dilihat dari penyebabnya maka cedera telinga banyak terjadi karena adanya kebiasaan sehari-hari dalam membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud. Kebiasaan membersihkan telinga ini menyumbang 73,2 persen cedera telinga di AS.
Penyebab lainnya adalah anak-anak yang bermain dengan cotton bud, tapi karena kurang berhati-hati, cotton bud merusak telinga. Persentasenya 9,7 persen. Ada juga anak-anak yang terjatuh saat cotton bud ada di telinganya. Persentasenya mencapai 9,3 persen.
Penggunaan cotton bud menurut penelitian tersebut juga disebabkan karena telinga yang gatal hingga hanya sekadar meniru orang lain. Cedera telinga yang umumnya terjadi karena cotton bud adalah adanya lubang dalam gendang telinga sebanyak 25 persen dan cedera jaringan lunak sebanyak 23 persen.
Bagaimana cotton bud menyebabkan cedera pada telinga? Di dalam telinga manusia, terdapat kelenjar penghasil zat seperti lilin yang dikenal dengan nama serumen atau kotoran telinga. Warnanya mulai dari kuning hingga ada juga yang kecokelatan.
Kotoran telinga ini kadang mengganggu sehingga mendorong kita untuk mengeluarkannya atau membersihkannya dari telinga dengan anggapan setelah itu telinga kita menjadi bersih. Alat yang digunakan sudah tentu cotton bud yang sering kita gunakan untuk membersihkan kotoran tersebut.
Saat kita membersihkan telinga dengan cotton bud, ada kemungkinan kotoran tersebut akan terdorong ke gendang telinga. Kotoran tersebut dapat menekan kulit gendang telinga yang berakibat gendang telingan tak dapat bergerak dengan baik. Hal itu akan menyebabkan gangguan pada pendengaran, pusing, dering atau gejala cedera telinga lainnya.
Menurut Audiologi Australia, penggunaan cotton bud tidak hanya sekadar mendorong kotoran telinga ke arah gendang telinga. Lebih dari itu, ia dapat menyebabkan kerusakan serius dan bersifat permanen pada pendengaran.
“Anda tidak perlu menggunakan cotton bud untuk membersihkan telinga anda. Kapas biasanya mendorong zat lilin lebih jauh ke dalam telinga Anda dan memadatkannya sehingga sulit untuk dihilangkan,” demikian penjelasan yang dipacak pada situsnya.
“Meski kapas itu lembut, tongkatnya sangat kaku dan mudah menggaruk bagian dalam telingamu yang dapat menyebabkan infeksi. Tentu saja ada juga risiko jika Anda terbentur atau jika terjadi sesuatu sehingga Anda kehilangan kendali, Anda dapat melubangi gendang telinga Anda dengan cotton bud.”
Dokter Spesialis THT (Telinga Hidung & Tenggorok) Rumah Sakit Khusus THT - Bedah KL Proklamasi, Dr. Zainul mengungkapkan kotoran yang terdapat dalam telinga atau serumen tak perlu dibersihkan.
"Tidak ada ilmu kedokteran yang mengajarkan kita membersihkan [kotoran dalam] telinga, lebih baik ke dokter. Jangan mengorek sendiri, nanti kotoran akan terdorong ke bagian dalam telinga," katanya.
Menurut para ahli, kita tak perlu membersihkan telinga karena tubuh memiliki mekanisme membersihkan dirinya sendiri. Meski demikian, pembentukan serumen sesungguhnya sangat bervariasi pada tiap individu baik dari segi jumlah maupun komposisi materinya.
Faktor yang mempengaruhi yakni anatomi liang telinga, jumlah kelenjar yang sangat bervariasi pada tiap individu, hingga faktor kebiasaan mengorek liang telinga yang beresiko menyebabkan terdorongnya kotoran ke dalam liang. Bagi sebagian orang, kotoran telinga tak begitu mengganggu, tapi bagi yang lainnya sangat mengganggu.
Jika tidak dibersihkan, kotoran dapat menimbulkan penyumbatan liang telinga yang dapat berujung pada gangguan pendengaran atau dapat juga disebut impaksi serumen atau serumen obturans. Penyumbatan ini terkadang dapat menimbulkan rasa tertekan di telinga, penurunan ambang dengar, hingga rasa berdenging.
Cara terbaik agar terhindar dari cedera telinga adalah melibatkan pihak medis dalam membersihkan kotoran telinga atau melakukan konsultasi dengan dokter spesialis THT. Di Amerika Serikat, menurut laporan Center for Medicare and Medicaid Services tahun 2012, sebanyak 46,9 juta dolar AS dihabiskan oleh 1,3 juta penduduk untuk penanganan kotoran telinga.
Sekitar empat persen dari populasi di Inggris setiap tahunnya melakukan konsultasi dengan dokter terkait kotoran telinga. Tentu akan ada ongkos lebih besar jika dibanding harga cotton bud. Namun yang jelas, mempercayakan urusan kotoran telinga kepada dokter tentu dapat meminimalisir risiko cedera.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani