Menuju konten utama

Hasil Survei INFID: Responden Enggan Tes COVID Sebab Harga Tinggi

Responden menyatakan enggan untuk melakukan tes mandiri guna penelusuran kontak erat COVID baik itu bergejala klinis atau tidak. 

Hasil Survei INFID: Responden Enggan Tes COVID Sebab Harga Tinggi
Petugas medis mempersiapkan cairan usap saat dilakukan rapid test antigen supir mini bus di lintas nasional Aceh-Sumut, kawasan Lhokseumawe, Aceh, Kamis (20/5/2021). ANTARA FOTO/Rahmad/foc.

tirto.id - Hasil survei akses dan layanan kesehatan di enam kabupaten/kota yang dilakukan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menunjukkan responden enggan tes COVID-19 lantaran terkendala biaya.

Survei dilakukan terhadap 540 responden perempuan di Semarang, Surabaya, Malang, Padang, Makassar dan Kabupaten Tangerang bekerja sama dengan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Setiap daerah terdiri atas 90 responden.

“Mayoritas responden itu tidak melakukan tes mandiri baik untuk dirinya maupun bagi keluarganya,” kata peneliti dari Lembaga Demografi FEB UI Primaldhi, Jumat (13/8/2021).

Dalam survei yang dilakukan pada Mei hingga Juni 2021 itu, para responden yang enggan melakukan tes mandiri itu ditanya "apakah mereka merasa tertular atau menunjukkan gejala COVID-19". Mayoritas responden menyatakan merasa tidak tertular atau punya gejala.

Namun tidak menutup kemungkinan mereka yang tidak merasa kontak dengan pasien COVID-19 atau tidak merasakan gejala itu tidak terpapar. Sebab tak sedikit pula kasus COVID-19 tanpa diawali gejala klinis.

Sebagian responden menyatakan melakukan tes mandiri dengan didominasi tes rapid tes antibodi yang harganya murah. Meskipun dari hasil kajian tes yang memiliki akurasi yang lebih tinggi adalah rapid tes antigen dan PCR.

Selain untuk kebutuhan penelusuran kontak, tes mandiri juga diperlukan untuk syarat perjalanan antarprovinsi seperti lewat penerbangan atau jalur darat.

“Ini kemudian juga terkait dengan biaya tesnya. Kalau misalnya dengan biaya yang ada sekarang. Satu kali tes PCR bisa menghabiskan penghasilan satu bulan atau setengah penghasilan dalam satu bulan. Jadi sangat berat sekali apalagi yang dites harus satu keluarga. Jadi memang penting untuk menekan harga tes akurasi yang tinggi ini sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat,” kata Alfindra.

Makin terjangkau harga tes mandiri, maka makin mudah seseorang mengetahui status kesehatan mereka.

“Karena pentingnya untuk mengetahui status kesehatan seseorang ini dihambat dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengetahui itu. Ini penting untuk ada tes yang akurat dan terjangkau selain meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan tes mandiri,” katanya.

Baca juga artikel terkait TES COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Zakki Amali