tirto.id - Peringatan Rabu Abu akan jatuh bersamaan dengan Pemilu 2024 yaitu pada Rabu, 14 Februari 2024. Umat kristiani biasanya, menyambut Rabu Abu dengan melaksanakan misa dan mengenakan baju sesuai warna liturgi. Lalu, Hari Rabu Abu memakai baju warna apa? Apa pula makna peringatan Rabu Abu?
Rabu Abu adalah salah satu hari suci yang paling populer dan penting dalam kalender liturgi. Rabu Abu membuka masa Prapaskah, periode puasa atau pengorbanan diri selama enam minggu.
Rabu Abu berlangsung 46 hari sebelum Minggu Paskah, dan terutama dirayakan oleh umat Katolik, meskipun banyak umat Kristen lainnya juga merayakannya. Masa Prapaskah dirayakan selama 46 hari, ini termasuk 40 hari puasa dan enam hari Minggu, di mana puasa tidak dilakukan.
EL Paso Times mencatat, periode 40 hari memiliki arti khusus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sebagai contoh, Musa menghabiskan 40 hari dan malam bersama Tuhan di Gunung Sinai sebagai persiapan untuk menerima Sepuluh Perintah Allah. Yesus juga digambarkan dibawa ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis selama 40 hari.
Hari Rabu Abu Memakai Baju Apa?
Warna baju yang dipakai saat memperingati Rabu Abu dapat disesuaikan dengan warna liturgi. Melansir laman J. Oliver Buswell Jr Library, untuk musim Prapaskah, yang dimulai dengan Rabu Abu, warna ungu adalah hal yang paling umum dikenakan. Meskipun demikian, warna lain seperti hitam atau merah kadang-kadang juga digunakan.
Seperti ditulis Holy Family Catholic Church, ungu adalah warna kerendahan hati, penebusan dosa, dan kebijaksanaan yang berasal dari ketajaman batin. Warna ini juga merupakan warna kebangsawanan.
Perbedaan ekstrim antara keduanya (kerendahan hati dan kebangsawanan) mengekspresikan salah satu pelajaran besar dari masa Prapaskah yaitu Kristus sebagai raja yang melayani dan ketekunan kita untuk menjadi seperti itu bagi dunia.
Dalam teologi pertobatan, ungu adalah warna refleksi ke dalam, yang merupakan salah satu hal penting yang harus kita lakukan setiap masa Prapaskah sebagai persiapan untuk Paskah.
Apa Makna Peringatan Hari Rabu?
Catholic Online menulis, Rabu Abu berasal dari tradisi penebusan dosa dan puasa Yahudi kuno. Praktik ini mencakup pemakaian abu di kepala. Abu melambangkan debu yang darinya Tuhan menciptakan manusia.
Pada peringatan ini, pendeta akan mengoleskan abu dengan membentuk simbol salib ke dahi umat kristiani, sembari mengucapkan kata-kata: "Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan kepada debu kamu akan kembali." Selain itu, pendeta dapat juga mengucapkan kata-kata, "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil."
Rabu Abu juga melambangkan kesedihan, dalam hal ini, kesedihan karena telah berdosa dan menyebabkan perpecahan dengan Allah. Tulisan-tulisan dari Gereja abad ke-2 menyebut pemakaian abu sebagai tanda penebusan dosa.
Mengutip laman Mercy Home, biasanya abu yang digunakan oleh pendeta pada peringatan Rabu Abu dibuat dengan membakar pohon palem dari perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya.
Minggu Palma adalah hari Minggu terakhir masa Prapaskah dan merupakan hari terakhir menuju Pekan Suci. Pada hari inilah orang-orang meletakkan daun palem untuk menutupi jalan Yesus ketika dia tiba di Yerusalem, hanya beberapa hari sebelum dia disalibkan.
Oleh karena palem telah diberkati, alih-alih dibuang setelah perayaan, palem tersebut disimpan untuk dijadikan abu pada hari Rabu Abu. Kadang-kadang, abunya diberi wewangian dupa dan dibaptis dengan air suci.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra