Menuju konten utama

Arti Rabu Abu Bagi Umat Katolik, Aturan Puasa-Pantang Prapaskah

Apa arti Rabu Abu bagi umat Katolik dan aturan pantang puasa Prapaskah.

Arti Rabu Abu Bagi Umat Katolik, Aturan Puasa-Pantang Prapaskah
Perempuan pribumi Maya, dengan tanda salib dari abu di dahi mereka, menghadiri misa Rabu Abu di kota San Juan Sacatepequez, Guatemala, Rabu (14/2/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Luis Echeverria

tirto.id - Rabu Abu adalah hari raya yang menandai awal Prapaskah, diperingati oleh umat Kristen dan Katolik. Hari ini juga awal ibadah pantang dan puasa.

Hari Rabu Rabu ditandai dengan pertobatan, dan merendahkan diri menuju kemenangan kebangkitan Kristus. Dalam gereja Katolik, Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah dalam liturgi tahunan gerejawi.

Hari tersebut ditentukan jatuh pada hari Rabu, 40 hari sebelum hari Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu, atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum hari Jumat Agung.

Nama Rabu Abu berasal dari pengolesan abu pertobatan di dahi umat, oleh imam yang mengucapkan "Bertobatlah dan percayalah pada Injil" atau "Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu".

Abu tersebut dipersiapkan dengan membakar daun palem dari perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Pada hari itu umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini.

Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuno di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan, dan pertobatan.

Makna Rabu Abu

Menurut laman Katolisitas, abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).

Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.

Oleh karena itu, pada saat menerima abu di gereja, imam mengatakan, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”

Rabu Abu ini juga menandai masa pantang dan puasa. Orang Katolik wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung.

Jadi, selama masa Prapaskah, kewajiban puasa hanya dua hari saja. Yang wajib berpuasa adalah semua orang beriman yang berumur antara delapan belas (18) tahun sampai awal enam puluh (60) tahun.

Menurut laman Iman Katolik, PUASA berarti: makan kenyang hanya satu kali dalam sehari. Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih:

  • Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
  • Tak kenyang, kenyang, tak kenyang, atau
  • Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Orang Katolik wajib berpantang pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Jumat Suci. Jadi hanya 7 hari selama masa PraPaskah.

Yang wajib berpantang adalah semua orang katolik yang berusia empat belas (14) tahun ke atas.

PANTANG berarti:

  • Pantang daging, dan atau
  • Pantang rokok, dan atau
  • Pantang garam, dan atau
  • Pantang gula dan semua manisan seperti permen, dan atau
  • Pantang hiburan seperti radio, televisi, bioskop, film.
Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang, sesuai dengan semangat tobat yang hendak dibangun, umat beriman, baik secara pribadi, keluarga, atau pun kelompok, dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat.

Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi dosa. Dalam rangka masa tobat, maka pelaksanaan perkawinan juga disesuaikan. Perkawinan tidak boleh dirayakan secara meriah.

Arti Puasa dan Pantang Umat Katolik

PUASA adalah tindakan sukarela Tidak makan atau tidak minum seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak makan atau minum apapun, atau sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum.

Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian waktu bersemadi dan berdoa.

Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan. Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.

Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.

Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.

Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.

Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG. Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:

  • Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.
  • Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Addi M Idhom