Menuju konten utama

Jumat Agung 2023 Pakai Baju Warna Apa dan Warna Liturginya

Misa Jumat Agung 2023 pakai baju warna apa dan makna warna liturginya.

Jumat Agung 2023 Pakai Baju Warna Apa dan Warna Liturginya
Sejumlah pemuda berusaha menurunkan tubuh Yesus dari salib untuk dikuburkan saat visualisasi jalan salib pada peringatan Jumat Agung di Gereja Katolik St Mikael, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (30/3/2018). ANTARA FOTO/Zabur Karuru

tirto.id - Jumat Agung akan jatuh pada 7 April 2023, umat Kristiani memperingati pengorbanan Yesus Kristus untuk umatNya di kayu salib.

Setelah Jumat Agung, akan diperingati kebangkitan Yesus Kristus pada tiga hari setelah kematiannya yaitu pada hari Paskah atau pada 9 April 2023.

Seperti dikutip laman Catholic News Agency, pada hari Jumat Agung, seluruh Gereja memusatkan pandangannya pada Salib sebagai penghormatan terhadap Yesus Kristus karena telah menebus dosa umat manusia.

Secara umum, perayaan Jumat Agung memiliki tiga bagian yaitu liturgi sabda, penghormatan salib dan komuni. Selama Misa Jumat Agung, umat Katolik akan naik ke dekat altar, kemudian membungkuk dan mencium salib.

Hal ini disebut Penghormatan Salib, di mana umat Katolik menghormati pengorbanan besar yang dilakukan Yesus di kayu salib.

Warna Pakaian danWarna Liturgi pada Jumat Agung

Sebenarnya tak ada warna khusus yang harus dipakai saat Jumat Agung. Umat boleh datang mengenakan pakaian warna apa saja, yang penting tetap sopan, karena Anda hendak mengunjungi rumah Tuhan.

Namun, pada peringatan Jumat Agung, warna pakaian yang bisa dikenakan adalah warna merah sesuai dengan warna liturginya.

Seperti ditulis Holy Family Catholic Church, warna merah melambangkan darah yang dicurahkan Yesus di kayu salib untuk keselamatan umatNya. Merah juga melambangkan pengorbanan martirNya dan kasih Allah yang bernyala-nyala.

Selain pada Jumat Agung, warna merah juga digunakan pada sejumlah peribatan Kristen lainnya seperti Minggu Palma, Minggu Pentakosta, Perayaan Sengsara Tuhan, dan Perayaan para martir.

Liturgi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk seperangkat aturan tertentu dalam upacara keagamaan Kristen yang memuat kata-kata, musik, tindakan, hingga warna pakaian.

Setiap pelaksanaan ibadat umat Kristen, petugas liturgi mengenakan pakaian dengan warna yang berbeda.

Pemilihan warna tersebut sebenarnya tidak serta merta sesuai kehendak, sebab warna pakaian tersebut sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Institutio Generalis Missali Romani.

Daftar Warna Liturgi dan Maknanya

Menurut laman St James’s Episcopal Church, ada lima warna dasar liturgi yaitu biru, putih, hijau, ungu, dan merah. Setiap warna memiliki makna masing-masing yang berkaitan erat dengan sejumlah ibadah penting umat Kristen.

1. Biru

Mengikuti tradisi Ritus Sarum (ritus Inggris kuno), Biru adalah warna untuk Adven. Selama Abad Pertengahan, ketika biru adalah warna yang mahal untuk direproduksi, warna ungu sering digunakan sebagai gantinya.

Inilah sebabnya mengapa Anda masih melihat beberapa gereja menggunakan warna ungu pada masa Adven. Selain itu, warna ungu juga digunakan oleh gereja-gereja yang mengikuti ritus Romawi dan bukan Ritus Sarum.

Namun, secara teologis, biru adalah warna yang tepat untuk musim ini, karena Biru adalah warna Perawan Terberkati, dan Adven adalah tentang Maria ketika kita menantikan kedatangan Tuhan yang berinkarnasi.

Biru adalah warna harapan, penantian, kepercayaan diri, dan antisipasi. Ini semua adalah kata sifat yang menggambarkan musim Adven.

2. Putih

Putih adalah warna Paskah dan Natal. Warna ini adalah warna perayaan, sukacita, dan kedamaian di dunia barat. Dengan warna emas, putih melambangkan karya terbesar Tuhan di dunia, khususnya inkarnasi-Nya ke dunia ini pada hari Natal, dan kemenangan-Nya atas kematian dan kejahatan pada hari Paskah.

Putih adalah warna yang digunakan untuk pemakaman, saat kita merayakan berpindahnya jiwa ke dalam Kerajaan Allah.

Demikian juga, warna putih adalah warna pembaptisan dan pernikahan, saat kita merayakan kedatangan seorang anak Allah ke dalam rumah tangga iman-Nya, dan saat kita merayakan penyatuan belahan jiwa menjadi satu keluarga di mata Allah.

3. Hijau

Hijau adalah warna pengalaman pewahyuan, dan begitu juga dengan warna perayaan yang merayakan pewahyuan Tuhan kepada umat manusia yaitu Epifani dan Pentakosta.

Epifani, musim setelah Natal, merayakan pewahyuan Kristus sebagai Tuhan yang berinkarnasi kepada bangsa-bangsa lain.

Pentakosta terjadi setelah musim Paskah dan mencakup Minggu Tritunggal (kembali ke putih), yang merayakan pewahyuan Allah yang Esa dan kekal sebagaimana dinyatakan dalam pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Musim ini jatuh pada akhir musim semi dan musim panas, ketika kita melihat alam tumbuh hijau dengan dedaunan, tanaman merambat, dan tanaman pangan. Oleh karena itu, warna hijau melambangkan pertumbuhan rohani kita di dalam Kristus, yang dipupuk oleh Gereja dan Injil.

4. Ungu

Ungu adalah warna kerendahan hati, penebusan dosa, dan kebijaksanaan yang berasal dari ketajaman batin. Warna ini juga merupakan warna kebangsawanan.

Perbedaan ekstrim antara keduanya (kerendahan hati dan kebangsawanan) mengekspresikan salah satu pelajaran besar dari masa Prapaskah yaitu Kristus sebagai raja yang melayani dan ketekunan kita untuk menjadi seperti itu bagi dunia.

Dalam teologi pertobatan, ungu adalah warna refleksi ke dalam, yang merupakan salah satu hal penting yang harus kita lakukan setiap masa Prapaskah sebagai persiapan untuk Paskah.

5. Merah

Merah adalah warna kegembiraan, energi, kekuatan, dan semua hal yang intens dan penuh gairah. Dengan demikian, merah adalah warna Roh Kudus.

Warna ini mengingatkan kita pada api yang turun ke atas Gereja pada Hari Pentakosta, dan juga merupakan warna Pesta Pentakosta.

Warna ini juga digunakan pada Minggu Palma dan selama Pekan Suci, untuk mengingat karya Roh Kudus pada saat masuknya Yesus ke Yerusalem dan sengsara-Nya.

Merah adalah warna Ordo Suci para Uskup, dan karenanya digunakan untuk semua kunjungan dan jabatan Episkopal (pentahbisan, pentahbisan, dan peneguhan), dengan menggunakan warna merah primer yang cerah.

Terakhir, warna merah digunakan untuk memperingati semua orang kudus yang mati syahid. Warna merah mengingatkan kita akan darah yang ditumpahkan untuk Iman dan Gereja.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra