Menuju konten utama

Hari Pangan Sedunia 2019 dan Tantangan Penuntasan Gizi Buruk

Hari Pangan Sedunia memiliki sejarah panjang, temanya pada 2019 ini adalah "Our action are our future, healthy diets #zerohungerworld".

Hari Pangan Sedunia 2019 dan Tantangan Penuntasan Gizi Buruk
Petani memasang jaring untuk melindungi bulir padi dari hama burung di persawahan Desa Kandang, Lhokseumawe, Aceh, Selasa (15/1/2019). ANTARA FOTO/Rahmad/wsj.

tirto.id - Hari Pangan Sedunia atau World Food Day diperingati setiap tanggal 16 Oktober 2019 nanti. Tema hari pangan sedunia tahun ini mengangkat “Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045” atau "Our action are our future, healthy diets #zerohungerworld".

Di Indonesia, pelaksanaan Hari Pangan Sedunia akan digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara. Namun, menurut Plt Kepala Dinas Kominfo Sultra, Syaifullah, seperti dilansir Antara, pelaksanaan yang sekiranya digelar bulan ini diundur menjadi November 2019. Pasalnya, menunggu selesainya pelantikan Presiden Jokowi pada 20 Oktober.

Pada tahun lalu, peringatan Hari Pangan ke-38 ini digelar di Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Kala itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah bertekad menjadikan lahan rawa sebagai tempat untuk merealisasikan ketersediaan pangan di masa depan, menyusul meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk dan menyusutnya lahan pertanian.

Menurut Amran, lahan rawa di Indonesia cukup besar namun tidak pernah dimanfaatkan. Merujuk data Kementerian Pertanian, Amran mengatakan, luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan sekitar 34,1 juta hektare yang terdiri dari sekitar 20 juta hektare lahan rawa pasang surut, dan lebih dari 13 juta hektare lahan rawa lebak. Lahan ini tersebar di 18 provinsi, atau 300 kabupaten/kota.

Dari jumlah itu, kata Amran, 9,52 juta hektare lahan rawa di antaranya bisa dikembangkan untuk pertanian. Potensi ini lebih luas dibandingkan lahan sawah irigasi yang hanya seluas 8,1 juta hektare. Menurut Amran, upaya konversi lahan rawa menjadi tempat pertanian telah dikembangkan di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dan beberapa daerah.

Akan tetapi, masalah pangan ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah. Sebab, pada 2018, masalah gizi buruk dan campak malah menjadi kejadian luar biasa (KLB) di Papua. Kementerian Kesehatan juga mengakui bahwa angka persoalan gizi buruk masih cukup tinggi di wilayah NTT dan Papua Barat.

Tirto pada 25 Januari 2018 pernah menuliskan bahwa 14 dari 34 provinsi punya proporsi gizi buruk yang lebih tinggi dari rata-rata seluruh Indonesia.Secara nasional, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, ada 30,8 persen anak usia di bawah lima tahun (balita) mengalami kekurangan gizi sehingga menyebabkan anak tidak tumbuh sempurna (stunting) pada tahun 2018.

Meskipun angka tersebut termasuk tinggi, jumlah kejadian anak balita stunting sebenarnya sudah menurun dibandingkan dengan jumlah kejadian tahun 2007 hingga 2013, yaitu antara 36,8 persen dan 37,2 persen.

Hari Pangan Sedunia memiliki sejarah panjang dan diinisiasi oleh beberapa negara yang tergabung dalam Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) pada konferensi di bulan November 1979.

Namun, ide untuk merayakan Hari Pangan di seluruh dunia itu datang dari Delegasi Hongaria Menteri Pertanian dan Pangan, Pal Romany guna menyoroti persoalan kemiskinan dan kelaparan.

Baca juga artikel terkait HARI PANGAN SEDUNIA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH