tirto.id - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menggelar aksi protes membakar tanaman sawit milik perkebunannya. Aksi ini merupakan buntut kekecewaan terhadap pemerintah akibat harga tandan buah segar (TBS) belum juga kembali normal.
Ketua DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung mengatakan, para petani sudah cukup sabar menanti perbaikan harga TBS. Namun hampir sebulan pasca diizinkannya kembali ekspor crude plam oil (CPO) harga justru tidak kunjung naik.
“Sebenarnya kami sudah cukup sabar. Ini sudah tanggal 15 sudah hampir sebulan masa tidak ada perubahan malah makin anjlok," katanya saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (15/6/2022).
Berdasarkan data diterima Apkasindo, rerata harga TBS di 22 provinsi penghasil sawit serempak mengalami penurunan pada Selasa,14 Juni 2022 kemarin. Untuk petani swadaya/mandiri rerata harganya tercatat Rp1.680 per kilogram (kg). Sedangkan petani plasma/bermitra Rp2.105 per kg.
Harga kedua kelompok petani di atas masih jauh dari rata-rata ditetapkan oleh dinas perkebunan yang sebesar Rp2.817 per kg. Demikian juga dengan harga TBS di Pabrikan Kelapa Sawit (PKS) dan Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp2.250 per kg.
Gulat mengatakan, jika para petani susah atau terdampak maka multiplayer efeknya akan besar bisa sampai 5 kali lipat. Terlebih saat ini ada sekitar 17 juta masyarakat bergantung hidup menjadi petani kelapa sawit.
"Dibanding korporasi itu paling 1 juta hektare mungkin yang punya 10 orang," ujarnya.
Para petani sawit, sebelumnya sempat bernapas lega usai Presiden Joko Widodo mengumumkan dibolehkannya kembali ekspor bahan baku minyak goreng sawit atau CPO pada Kamis, 19 Mei 2022. Harapan mereka sederhana. Harga TBS di tingkat petani bisa kembali terdongkrak, setelah sebelumnya sempat anjlok.
Namun harapan itu di luar ekspetasi. Harga TBS petani di 22 provinsi penghasil sawit sampai dengan hari ini justru jatuh di bawah harga dari ditetapkan oleh dinas perkebunan wilayah masing-masing. Kondisi tersebut membuat para petani kelapa sawit mulai patah arang.
"Petani kebahagiannya terlalu tinggi karena ekspor CPO dibuka. Setelah [pengumuman] dicabut tidak sesuai harapannya. Mereka kecewa luar biasa," ujar Ketua DPP Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung saat berbincang kepada reporter Tirto, Rabu (25/5/2022).
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz