tirto.id - Harga Tandanan Buah Segar (TBS) masih berada di bawah Rp1.000 per kg di banyak daerah Indonesia. Bahkan, harga TBS kelapa sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, anjlok hingga Rp650 per kg. Permasalahan tersebut sudah terjadi hampir sebulan.
Berdasarkan temuan awal Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, pemicu utama anjloknya harga TBS di Indonesia adalah Ukraina mulai membuka keran ekspor minyak bunga matahari setelah lima bulan stop melakukan ekspor.
Menanggapi adanya temuan tersebut, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, dibanding faktor biji bunga matahari Ukraina ada masalah yang lebih serius membuat harga TBS di level petani turun. Harga TBS terjun bebas imbas pasca larangan ekspor sawit.
“Kondisi paska pelarangan ekspor sawit dicabut masih terjadi kenaikan jumlah pasokan. Pabrik CPO masih memprioritaskan serapan TBS yang sebelumnya antri di pabrik karena pelarangan ekspor. Dengan berlakunya DMO pasokan sawit juga memadai khususnya untuk minyak goreng. Kalau harga migor mahal itu masalahnya ada di distribusi bukan soal pasokan lagi,” kata dia kepada Tirto, Senin (11/7/2022).
Bhima menjelaskan, permintaan CPO diluar negeri anjlok 21 persen dalam sebulan terakhir menjadi 4.920 RM/ton. Sinyal resesi dan naiknya inflasi membuat konsumen dan industri di negara tujuan ekspor mengurangi permintaan CPO dari Indonesia. Ketika kontrak pembelian CPO terpengaruh pelambatan ekonomi di negara tujuan ekspor utama, imbasnya harga TBS anjlok.
“Penegakan aturan terkait Permentan 1/2018 bahwa penetapan harga TBS harus disaksikan oleh kepala daerah cenderung tidak di aplikasikan. Peraturan ini hanya melindungi petani yang merupakan bagian dari inti-plasma perusahaan sawit, sementara petani mandiri tidak menggunakan acuan dari Permentan. Sejak awal Permentan ini seperti macan ompong, karena pengawasan di tingkat petani dan perusahaan tidak efektif,” ungkap dia.
Sebelumnya Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap, begitu Ukraina membuka keran ekspor minyak bunga matahari maka mempengaruhi permintaan terhadap minyak kelapa sawit.
"Begitu sunflower, minyak bunga matahari yang beberapa bulan tidak diekspor dari Ukraina, sekarang dibuka dan pajaknya diturunin itu kena kelapa sawit. Kelapa sawit jeblok juga," kata Luhut dalam Rapat Koordinasi Audit Perkebunan Sawit Se-Indonesia AKPSI di Grand Sahid Jaya, Kamis (7/7/2022).
Luhut mengatakan tidak mudah menaikkan harga TBS kelapa sawit di tengah derasnya aliran minyak bunga matahari dari Ukraina.
"Ya kita tidak bisa ngomong sekarang karena kita harus lihat juga Ukraina. Ukraina kan cadangannya banyak banget sunflower-nya, yang selama berapa bulan itu tidak terekspor kan. Sekarang dibuka, pajaknya dikurangi dia. Jadi, ini memang semua saya bilang tadi harus cari ekuilibriumnya," jelas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Anggun P Situmorang