tirto.id - Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Sugeng Wahyudi menilai jatuhnya harga ayam di tingkat peternak usai Lebaran 2019 disebabkan karena adanya kelebihan pasokan.
Menurut Sugeng, persoalan tidak seimbangnya persaingan usaha antara peternak skala besar dan mandiri seperti kelompoknya belum juga teratasi sejak Januari 2019.
Setahu Sugeng, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian sudah lama merumuskan rencana produksi untuk mengatasi masalah ini. Namun, hingga saat ini ia menyatakan belum ada perubahan.
“Ini akibat dari oversupply atau pasokan berlebih. Dari Januari masih berlanjut sampai sekarang. Peternak jadi rugi. Dirjen PKH ada tim merumuskan rencana produksi, tapi belum terjadi (perubahan),” ucap Sugeng saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (17/6/2019).
Sugeng menjelaskan bahwa harga yang kini diterima di tingkat peternak sudah jatuh lumayan signifikan hingga terendah menyentuh Rp8.000 per kg. Harga ini, katanya, sudah mulai tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Jawa Tengah.
Sugeng juga sempat mendengar bahwa pemerintah akan memangkas 30 persen produksi ayam anakan. Namun, ia masih mengkhawatirkan bila efek dari kebijakan itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa berdampak pada harga ayam di tingkat peternak.
Sebab di saat yang sama, peternak juga harus menanggung pengeluaran operasional sehari-hari.
“Ini ke depan katanya mau produksi mau dipangkas 30 persen. Ini perbaikan versi Kementan kalau jadi dilakukan baru bisa dinikmati [manfaatnya] minimal setelah 1 bulan ke depan. Ini sangat menyesakkan dada,” ucap Sugeng.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri