Menuju konten utama

Hanya 30 Persen Cadangan Beras Pemerintah dari Dalam Negeri

Dirut Bulog Bayu Krisnamurthi menjamin komitmen menjaga stabiltas pangan nasional.

Hanya 30 Persen Cadangan Beras Pemerintah dari Dalam Negeri
Petugas merapikan karung yang berisi beras dengan alat berat di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

tirto.id - Perum Bulog menyatakan saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang dimiliki sudah mencapai 1,8 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 persennya berasal dari stok dalam negeri.

"CBP yang dimiliki oleh Perum Bulog saat ini sejumlah 1,8 juta ton, 30 persen berasal dari stok dalam negeri," tulis Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (13/6/2024).

Selain jumlah populasi penduduk yang terus meningkat, krisis iklim, pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik, membuat banyak negara harus berkutat dengan persoalan ketahanan pangan ini.

Menjawab tantangan tersebut, Bayu menjelaskan bahwa pihaknya kembali menjaga komitmen dalam menjaga stabilitas pangan nasional.

Bayu menjelaskan, persoalan ketahanan pangan harus dibahas secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.

"Perum Bulog hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri. Saat ini kami telah menyerap kurang lebih 700 ribu ton, lebih dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton," kata Bayu.

Lebih lanjut, Bayu optimistis Bulog bisa menyerap lebih dari 900 ribu ton setara beras pada tahun ini.

"Impor hanya dilakukan bila perlu, melihat neraca beras yang ada,” ujar Bayu.

Untuk bisa menyerap gabah dalam negeri secara maksimal, pengadaan Perum Bulog memiliki beberapa mekanisme. Pertama adalah membeli gabah yang dilakukan di 10 Sentra Penggilingan Padi yang dimiliki Perum Bulog.

"Pilihan kedua adalah membeli gabah dengan cara menjemput ke petani. Mekanisme ketiga adalah membeli beras asalan dari penggilingan-penggilingan padi kecil yang kita beli dan olah sehingga menghasilkan beras sesuai kemauan pasar,” tambah Bayu.

Meski begitu, Bayu menyoroti terdapat permasalahan pada proses produksi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton.

Baca juga artikel terkait BULOG atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Bayu Septianto