Menuju konten utama

Hamil Ektopik, Kehamilan di Luar Kandungan yang Harus Digugurkan?

Bagi kasus khusus, terdapat jenis kehamilan yang jika tidak digugurkan justru berbahaya, satu di antaranya adalah kehamilan ektopik.

Hamil Ektopik, Kehamilan di Luar Kandungan yang Harus Digugurkan?
Ilustrasi ibu hamil. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kehamilan, pagi kebanyakan orang adalah anugerah yang layak untuk dijaga perkembangannya. Namun, bagi kasus khusus, terdapat jenis kehamilan yang jika tidak digugurkan justru berbahaya, baik untuk ibu maupun bayinya, satu di antaranya adalah kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik atau juga dikenal dengan sebutan hamil di luar kandungan adalah proses perkembangan telur yang dibuahi di luar uterus/rahim. Dalam kebanyakan kasus hamil ektopik, telur yang telah dibuahi sperma ini berkembang di tuba falopi.

Tuba falopi adalah saluran yang menghubungkan indung telur ke rahim. Jika telur terjebak di dalamnya, telur tidak akan berkembang menjadi bayi dan kesehatan Anda mungkin berisiko jika kehamilan berlanjut.

Hamil di luar kandungan termasuk kondisi yang membahayakan nyawa dan sering terjadi pada beberapa minggu pertama kehamilan. Umumnya, tidak mudah untuk mempertahankan bayi pada kondisi kehamilan ini.

Apakah Penyebab Hamil Ektopis?

Dalam banyak kasus, tidak jelas mengapa seorang wanita mengalami kehamilan ektopik. Kadang-kadang ini terjadi ketika ada masalah dengan tuba falopi, seperti bentuk atau kondisi tuba falopi yang sempit atau tersumbat.

American Pregnancy menulis, penyempitan tuba falopi terjadi karena infeksi atau peradangan.

Selain itu, masih dari sumber yang sama, kehamilan ektopik juga terjadi karena adanya bekas luka jaringan, prosedur pembedahan pada tabung juga dapat menghalangi gerakan atau perjalanan telur menuju rahim.

Selain itu, operasi sebelumnya di daerah panggul juga dapat menyebabkan perlengketan telur.

Selain itu, ada beberapa kondisi yang mungkin menjadi penyebab kehamilan ektopik. Di antaranya yaitu faktor hormon dan kelainan genetik (bawaan).

Gejala kehamilan ektopik

Sebagaimana dilansir Healthline, berikut adalah gejala perempuan mengalami kehamilan ektopik:

  • perdarahan vagina ringan
  • tidak haid
  • mual dan muntah
  • nyeri pada perut bawah, pundak, leher, atau rektum
  • nyeri pada satu sisi tubuh
  • kram perut
  • pusing atau lemah
  • sakit saat buang air kecil atau buang air besar
  • Bila Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksa ke dokter.
Faktor risiko untuk kehamilan ektopik antara lain:

  • Usia 35-44 tahun
  • Ada riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
  • Sebelumnya pernah operasi panggul atau perut
  • Penyakit radang pinggul
  • Menggunakan intratauterine device (IUD) KB spiral sebagai kontrasepsi
  • Merokok
  • Endometriosis
  • Sebelumnya pernah ligasi tuba yang gagal (operasi sterilisasi)
  • Menggunakan obat kesuburan
  • Riwayat memiliki penyakit menular seksual seperti gonore atau klamidia
Apakah kehamilan ektopik bisa dipertahankan?

Kehamilan dan pertumbuhan janin tidak dapat bertahan di luar rahim, sehingga semua kehamilan ektopik harus berakhir.

Sebelumnya, sekitar 90% wanita dengan kehamilan ektopik harus menjalani operasi. Web MD menjelaskan, jumlah operasi saat ini jauh lebih rendah, dan lebih banyak kehamilan ektopik ditangani dengan obat.

Jika Anda didiagnosis dengan kehamilan ektopik, bagaimana dokter akan mengobatinya tergantung pada seberapa jauh kehamilan telah berkembang, di mana embrio, dan seberapa parah gejala Anda.

Infografik SC Hamil Ektopik

Infografik SC Hamil Ektopik. tirto.id/Rangga

Obat untuk menggugurkan kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik awal dapat ditangani dengan obat-obatan. Jika Anda memiliki tingkat hormon hCG yang rendah, dokter Anda dapat memberikan suntikan obat yang disebut metotreksat (Trexall).

Methotrexate menghentikan sel-sel bertumbuh dan memungkinkan tubuh Anda untuk kehamilan kembali.

Operasi untuk menangani kehamilan ektopik

Jika terapi methotrexate tidak berhasil, operasi adalah langkah selanjutnya. Ini juga satu-satunya pilihan untuk wanita dengan kadar hormon hCG tinggi dan tuba fallopi yang telah pecah atau rusak.

Baca juga artikel terkait KEHAMILAN atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani