Menuju konten utama
Mozaik

Bongkar Muat Dokumen Rahasia Pembunuhan John F. Kennedy

Medio dekade 2020-an diawali dengan dibukanya dokumen pembunuhan John F. Kennedy, untuk kesekian kalinya. Bahkan, ada dokumen yang menyebut Indonesia.

Bongkar Muat Dokumen Rahasia Pembunuhan John F. Kennedy
John F. Kennedy menyampaikan pidato dengan kutipannya yang terkenal “We choose to go to the moon in this decade and do the other things, not because they are easy, but because they are hard..." di Rice University, AS. FOTO/Dok. Rice University

tirto.id - Pembunuhan Presiden John Fitzgerald Kennedy pada 22 November 1963 hingga kini masih menjadi salah satu misteri yang paling diperbincangkan. Selama beberapa dekade, teori konspirasi menyelubungi peristiwa tersebut, mulai dari soal motif, keberadaan penembak kedua, hingga upaya pemerintah AS menutup-nutupinya.

Pemerintah AS secara bertahap telah mendeklasifikasi ribuan dokumen terkait penembakan Kennedy. Hingga kini, disebutkan bahwa 99 persen dokumen terkait sang presiden sudah dirilis ke publik. Perilisan termutakhir dilakukan oleh Donald Trump yang kini tengah menjalani masa keduanya sebagai Presiden AS pada Selasa, 18 Maret 2025, waktu setempat.

Tak pelak, langkah Trump tersebut kembali memicu diskusi di seluruh dunia. Baik para ahli maupun peminat sejarah, kini tengah sibuk menguliti isi dokumen yang tebalnya lebih dari 63.000 halaman tersebut. Namun, sejauh ini, tampaknya tidak ada satu fakta yang bisa memberikan perspektif baru terkait pembunuhan Kennedy. Justru, dokumen-dokumen tersebut menguak informasi baru mengenai aktivitas CIA pada era Perang Dingin dulu.

Teori Konspirasi di Balik Pembunuhan JFK

Komite Warren, yang dibentuk oleh Presiden Lyndon B. Johnson pada 1963, ditugaskan untuk menyelidiki pembunuhan Kennedy. Dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung, Earl Warren, komisi tersebut menyimpulkan dalam laporannya pada 1964 bahwa Lee Harvey Oswald bertindak sendiri dalam pembunuhan JFK.

Namun, para kritikus menilai komisi tersebut mengabaikan bukti penting dan terlalu bergantung pada badan intelijen yang mungkin memiliki konflik kepentingan. Konflik kepentingan yang dimaksud adalah bagaimana badan intelijen yang menginvestigasi kasus Kennedy dianggap terlibat di dalamnya. Komite tersebut juga dinilai gagal menjelaskan inkonsistensi kesaksian saksi dan analisis forensik secara memadai.

Keraguan ini memicu penyelidikan lebih lanjut. Salah satunya dengan dikerahkannya Komite Khusus DPR AS tentang Pembunuhan Kennedy pada 1979. Dari sini, muncul sebuah kesimpulan bahwa ada kemungkinan terdapat konspirasi di balik pembunuhan Kennedy. Namun, mereka juga tidak benar-benar berhasil menjelaskan konspirasi macam apa yang terjadi dan siapa saja yang terlibat.

Ketidakjelasan hasil investigasi pemerintah AS itu pun memantik berbagai teori liar yang berkembang luas di masyarakat. Ada yang menyebut bahwa Kennedy dibunuh karena menentang industri-militer. Ada pula yang mengatakan bahwa rencananya untuk menarik diri dari Vietnam menjadi sebab di balik pembunuhannya.

Teori lain menyebut Kennedy berniat mengekang kekuatan badan intelijen. Ada pula yang menjelaskan bahwa pembunuh Kennedy adalah kelompok Mafia, orang suruhan Fidel Castro, dan bahkan pejabat militer berpangkat tinggi. Adapun salah satu menteri dalam pemerintahan Trump, Robert F. Kennedy Jr., yang merupakan kemenakan JFK, telah secara terbuka menyatakan keyakinannya bahwa CIA terlibat dalam pembunuhan pamannya.

Liarnya teori konspirasi seputar pembunuhan Kennedy itulah yang membuat pengungkapan dokumen-dokumen terkait menjadi sangat krusial. Pasalnya, ini bukan hanya soal mencari jawaban atas misteri yang belum terjawab, tetapi juga mengenai transparansi hukum dan pemerintahan.

 dokumen pembunuhan JFK

dokumen pembunuhan JFK. foto/situs web resmi arsip pemerintahan AS

Sejarah Pengungkapan Dokumen JFK

Film JFK karya Oliver Stone tahun 1991 berperan penting dalam membangkitkan kembali minat publik terhadap misteri seputar pembunuhan Kennedy. Film ini menyajikan narasi kontroversial, menunjukkan adanya konspirasi luas yang melibatkan CIA, kompleks industri militer, dan kekuatan-kekuatan gelap lainnya, termasuk kejahatan terorganisasi dan elemen-elemen sayap kanan dalam pemerintahan AS.

Secara tersirat, film JFK menguatkan teori bahwa penentangan Kennedy terhadap perang, khususnya di Vietnam, dan dorongannya untuk pelucutan senjata nuklir, membuatnya menjadi target dari kepentingan lain. Meskipun akurasinya tentu saja diperdebatkan, film tersebut memicu tekanan publik terhadap pemerintah untuk merilis catatan rahasia terkait pembunuhan Kennedy.

Sebagai tanggapan atas meningkatnya tuntutan akan transparansi, Kongres meloloskan Undang-Undang Catatan Pembunuhan JFK tahun 1992. Regulasi itu mengamanatkan pengungkapan penuh semua berkas terkait pembunuhan Kennedy, paling lambat pada 2017, kecuali jika masalah keamanan nasional mengharuskan kerahasiaan yang berkelanjutan.

Akan tetapi, prosesnya tidak sesederhana itu. Pemerintahan Bill Clinton, George W. Bush, maupun Barack Obama, senantiasa menunda pengungkapan penuh. Pada Oktober 2017, Trump mengizinkan pengungkapan ribuan dokumen. Namun, pengungkapan ini pun dilakukan di bawah tekanan intelijen yang membuat sejumlah informasi harus tetap dirahasiakan.

Langkah Trump kemudian dilanjutkan Joe Biden yang menyetujui perilisan beberapa dokumen sembari tetap merahasiakan informasi tertentu. Lalu, pada 2024, ketika menjabat untuk kali kedua, Trump mengeluarkan perintah perilisan dokumen baru yang akhirnya dieksekusi pada 18 Maret 2025.

Temuan Penting dalam Dokumen yang Baru Dirilis

Salah satu pengungkapan paling signifikan dalam dokumen yang baru dirilis adalah tentang pengawasan CIA terhadap Lee Harvey Oswald, sosok yang akhirnya didakwa sebagai pembunuh Kennedy. Catatan yang sebelumnya dirahasiakan menunjukkan bahwa CIA telah memantau secara ketat aktivitas Oswald di Mexico City pada minggu-minggu menjelang pembunuhan tersebut.

Lewat dokumen yang baru dirilis, diketahui bahwa Oswald telah melakukan kontak dengan pejabat Uni Soviet dan Kuba, yang memicu kecurigaan tentang motif dan kemungkinan hubungannya dengan badan intelijen asing. Berkas tersebut menunjukkan, CIA memiliki banyak laporan tentang pergerakan dan interaksinya tetapi gagal merespons dengan langkah yang tepat. Ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang seberapa banyak yang diketahui CIA tentangnya, apakah CIA menganggapnya sebagai ancaman potensial, dan apakah ada keputusan yang disengaja untuk tidak melakukan intervensi?

Yang tak kalah penting, ada temuan yang menyebut bahwa ketidakpercayaan Kennedy terhadap CIA meningkat setelah invasi Teluk Babi gagal pada 1961. Dokumen yang dideklasifikasi mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap badan intelijen tersebut, khususnya mengenai tindakan rahasia mereka yang dianggap melemahkan otoritasnya. Ia secara terbuka menyatakan ketidakpuasannya, dengan pernyataan terkenal bahwa dia ingin "memecah CIA menjadi ribuan bagian dan menyebarkannya ke seluruh penjuru angin".

Berkas-berkas tersebut menjadi bukti yang menguatkan dugaan perpecahan antara Kennedy dan pejabat intelijen, serta tekadnya yang semakin kuat untuk melakukan reformasi di bidang tersebut. Ketegangan internal dalam pemerintahan AS selama masa jabatan Kennedy sekaligus menunjukkan bahwa, bisa jadi, konflik tersebut berperan besar terhadap pembunuhan sang presiden.

Selain itu, rilis tersebut memuat rincian, yang sebelumnya telah disunting, tentang teknik penyadapan dan pengawasan CIA. Ini memberikan pemahaman lebih mendalam tentang kemampuan pengawasan lembaga tersebut selama Perang Dingin. Salah satu dari ribuan dokumen mengungkap sesuatu yang disebut Memo Schlesinger, yang sudah lama menjadi misteri.

Memo Schlesinger mengungkap strategi pengumpulan intelijen yang sebelumnya tidak diungkapkan, termasuk penyadapan rahasia, taktik spionase, dan program pengawasan yang menarget tokoh politik dalam negeri dan aktor internasional. Berbagai strategi operasi tersebut berperan penting membentuk aktivitas intelijen Perang Dingin dan selanjutnya menggambarkan sejauh mana intervensi CIA dalam urusan global selama periode tersebut.

Pengungkapan tak terduga lainnya adalah hubungan antara CIA dan James McCord, mantan perwira agensi yang berperan penting dalam pembobolan kantor pusat Komite Nasional Demokrat pada 1972 alias Skandal Watergate. Sebagai koordinator keamanan untuk Komite Pemilihan Kembali Presiden (CREEP), McCord terlibat langsung dalam operasi rahasia yang akhirnya menyebabkan jatuhnya jabatan presiden Richard Nixon. Berkas yang baru dirilis tersebut mengonfirmasi peran penting McCord dalam mengembangkan teknologi pengawasan untuk CIA selama dekade 1960-an.

Ada Indonesia di Antara Tumpukan Dokumen Rahasia JFK

Ya, nama Indonesia turut tercakup dalam dokumen Kennedy yang baru-baru ini dirilis. Tidak secara signifikan, memang, tetapi cukup untuk membuktikan bahwa, pada masa Perang Dingin, Indonesia dianggap sebagai salah satu medan tempur penting. Adapun dokumen yang menyebut nama Indonesia adalah dokumen tentang keberadaan markas rahasia CIA di seluruh dunia. Dalam dokumen itu disebutkan, CIA punya basis rahasia di Medan, Jakarta, dan Surabaya.

Pada dekade 1950-an hingga 1960-an, CIA diketahui terlibat dalam berbagai operasi di Indonesia, termasuk mendukung pemberontakan PRRI/Permesta yang bertujuan melemahkan pemerintahan Sukarno karena dinilai terlalu dekat dengan Blok Timur.

Pada 1965, peran CIA dalam peristiwa G30S juga kerap disebut dalam perdebatan di kalangan sejarawan dan akademisi. Beberapa dokumen yang telah dideklasifikasi sebelumnya menunjukkan bahwa Amerika Serikat berkepentingan dalam perubahan rezim di Indonesia dan mendukung kebijakan anti-komunis yang akhirnya mengarah pada naiknya pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto.

Selain di Indonesia, ada pula kota-kota lain yang disebutkan di wilayah Asia, antara lain Bangkok (Thailand), Hong Kong, Honolulu (Hawaii, AS), Kuala Lumpur (Malaysia), Kuching (Malaysia), dan Manila (Filipina). Dokumen tersebut juga menyebut Okinawa (Jepang), Rangoon (sekarang Yangon, Myanmar), dan Saigon (sekarang Ho Chi Minh City, Vietnam) yang merupakan lokasi strategis selama Perang Vietnam.

Daerah operasi CIA tersebar di hampir seluruh penjuru dunia. Seoul (Korea Selatan), Singapura, Taipei (Taiwan), Tokyo (Jepang), Vientiane (Laos), serta Wellington (Selandia Baru) dan Melbourne (Australia), juga termasuk di antaranya.

Di kawasan Afrika, beberapa kota yang diselundupi CIA termasuk Johannesburg, Lagos, Nairobi, Pretoria, dan Rabat. Benua sekaliber Eropa juga tak lepas dari pantauannya, mulai dari Barcelona, Berlin, Bern, Bonn, Brussels, Copenhagen, Geneva, The Hague, Hamburg, Helsinki, Lisbon, London, Madrid, Milan, Paris, hingga Munich. Demikian juga dengan Oslo, Ottawa, Rome, Salzburg, Stockholm, Vienna, dan Zurich.

Adapun di Amerika Latin, hampir semua ibu kota besar tercatat dalam jaringan operasi CIA, termasuk Bogota, Brasilia, Rio de Janeiro, Buenos Aires, Caracas, Georgetown, Guatemala City, Guayaquil, Kingston, La Paz, Lima, Managua, Mexico City, Monterrey, Panama City, Port-au-Prince, dan Porto Alegre. Ini tidak mengejutkan mengingat AS sering melakukan intervensi dalam politik Amerika Latin selama Perang Dingin.

Apa Kata Sejarawan?

Secara umum, para sejarawan menanggapi perilisan terbaru dokumen Kennedy dengan skeptis. Menurut mereka, meskipun memberikan informasi krusial mengenai operasi intelijen Perang Dingin dan kerahasiaan pemerintah, dokumen-dokumen tersebut tidak menawarkan bukti pasti adanya konspirasi.

"Saya ragu bahwa rilis ini akan mengubah pemahaman kita tentang apa yang terjadi pada hari yang mengerikan di Dallas itu," kata Fredrik Logevall, sejarawan Harvard yang sedang mengerjakan biografi Presiden Kennedy dalam beberapa volume, kepada New York Times.

Mungkin butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun bagi para ilmuwan untuk menganalisis hampir 2.200 dokumen, yang totalnya 63.400 halaman. Meskipun beberapa berkas mungkin menambahkan detail kecil pada catatan sejarah, kerahasiaan yang menyelimuti banyak dokumen memastikan bahwa perdebatan tentang pembunuhan JFK akan terus berlanjut.

 dokumen pembunuhan JFK

dokumen pembunuhan JFK. foto/situs web resmi arsip pemerintahan AS

Masih menurut Logevall, dokumen tentang Oswald menjadi temuan paling menarik. "Kami tahu dia bertemu dengan diplomat Kuba dan diplomat Soviet, dan punya rencana untuk membelot."

"Jika dokumen tersebut memuat informasi yang lebih konkret tentang apa yang dikatakan, kepada siapa dia mengatakannya, dan apa yang dikatakan sebagai tanggapan, itu akan menjadi hal yang menarik dan penting secara historis," tambahnya.

Memantik Deklasifikasi Lain

Diungkapnya berkas pembunuhan Kennedy telah memicu diskusi yang lebih luas tentang transparansi pemerintah AS. Sebagai tanggapan terhadap meningkatnya tekanan publik, Kongres AS telah membentuk satuan tugas baru untuk mengawasi deklasifikasi di masa mendatang.

Sebelumnya, proses penuntutan transparansi ini sudah membahas soal UFO dan anggapan bahwa pemerintah AS memiliki proyek terkait hal itu. Di kemudian hari, pengungkapan dokumen kasus-kasus besar, seperti 9/11 dan Jeffrey Epstein, bisa jadi akan menyusul. Sebab, saat ini, sudah ada rencana untuk merilis dokumen mengenai pembunuhan Martin Luther King Jr. yang terkait dengan operasi COINTELPRO milik FBI pada dekade 1960-an.

Namun, seperti yang terjadi dengan pengungkapan dokumen Kennedy, tuntutan atas transparansi ini masih akan sulit terwujud sepenuhnya mengingat besarnya kepentingan komunitas intelijen. Selama itu pula, bakal selalu ada dokumen yang dirahasiakan atau disembunyikan. Namun, bukan berarti ini akan jadi langkah yang sia-sia. Sebab, sekecil apa pun informasi yang didapat, semua akan mengarah pada terbentuknya satu gambaran utuh tentang sejarah sebuah negara besar.

Baca juga artikel terkait JOHN F KENNEDY atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - News
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadli Nasrudin