Menuju konten utama

Gubernur BI Sebut Penurunan Harga Minyak Dunia Positif Buat Ekonomi

Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia disebut punya keuntungan saat harga minyak dunia jatuh.

Gubernur BI Sebut Penurunan Harga Minyak Dunia Positif Buat Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri), dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto, memberikan keterangan pers mengenai langkah kebijakan untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan akibat dampak virus corona di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ama.

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengklaim penurunan harga minyak dunia ke level terendah selama beberapa tahun terakhir menguntungkan buat perekonomian mengingat Indonesia merupakan negara pengimpor miyak.

“Bagi ekonomi RI, netto dampaknya positif dari sisi ekonomi dan moneter. Dari sisi moneter ingat Indonesia adalah net importir minyak,” ucap Perry dalam siaran live di akun Youtube BI, Rabu (22/4/2020).

Perry bilang jika harga minyak jatuh, maka Indonesia bisa memperoleh harga minyak dengan murah. Efeknya bakal mengurangi beban defisit neraca perdagangan yang masih disumbang defisit neraca minyak dan gas (migas).

Jika defisit neraca perdagangan bisa ditekan, ia yakin efeknya pada defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) juga bisa semakin ditekan. “Gas masih net eksportir, tapi minyak net importir. Jadi akan memperbaiki CAD dan neraca pembayaran,” ucap Perry.

Dari sisi fiskal, ia tak menampik penerimaan pajak bakal turun. Namun, ia yakin efeknya tidak seberapa karena pengeluaran kebutuhan belanja negara sedang turun. Di sisi lain pos subsidi BBM yang ditentukan dari harga minyak juga bakal turun.

“Sehingga secara keseluruhan pengaruh penurunan harga minyak ke ekonomi dan neraca pembayaran masih positif,” ucap Perry.

Adapun turunnya harga minyak dunia disebabkan karena turunnya permintaan di tengah pandemi. Keadaan diperburuk oleh perselisihan Rusia dan negara produsen dan eksportir minyak atau OPEC sehingga keduanya malah menambah produksi saat dunia membutuhkan pemotongan pasokan.

Meski sudah terjadi kesepakatan antara Rusia dan OPEC, penurunan harga minyak terus terjadi. Dalam tren minusnya harga minyak jenis WTI, produsen mulai kehabisan ruang untuk menyimpan minyak.

Di sisi lain mereka tidak mungkin menyetop produksi sumur atau menutup kilang karena biayanya bakal lebih mahal. Alhasil produsen sempat menjual dengan harga minus alias membayar balik siapapun yang mau membeli.

Mengutip reuters, harga minyak jenis Brent terus merosot hingga 24 persen ke level 15,98 per barel per Rabu (22/4/2020) dan mencatat nilai terendah sejak 1999. Sementara Senin (20/4/2020), harga minyak jenis West Texas Intermediate juga anjlok hingga minus 37,63 dolar AS per barel minyak.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana