tirto.id - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama akan menggelar ijtima ulama jilid II pada Minggu (16/9/2018) besok. Mereka akan menentukan sikap dalam Pilpres 2019. Dukungan resmi terhadap salah satu pasangan calon akan jadi keluaran acara ini.
Pengumuman Ijtima Ulama II dilakukan saat jumpa pers di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada Kamis (13/9/2018) lalu.
Wakil Ketua Steering Commite Ijtima Ulama II Dani Anwar menegaskan kalau ijtima—yang dalam bahasa Indonesia artinya pertemuan—merupakan kelanjutan dari Ijtima Ulama I.
Dalam Ijtima Ulama I yang selesai pada 29 Juli lalu, mereka merekomendasikan nama Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan Salim Segaf Al-Jufri (PKS) atau Abdul Somad Batubara (ustaz) sebagai wakilnya. Rekomendasi ini, kita tahu bersama, tak dijalankan. Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno.
Karena pilihan itulah kelompok GNPF belum menentukan dukungan resmi. Mereka sempat tak bersuara hingga ada kabar bakal menggelar Ijtima Ulama II.
Dani menegaskan, meski baru akan diselenggarakan Minggu besok, namun Prabowo Subianto sudah menyetujui dan meneken kontrak yang dinamakan pakta integritas. GNPF sudah bertemu Prabowo pada 16 Agustus 2018, kata Dani. Di sanalah perjanjian terjadi meski menurutnya lewat "pembahasan yang cukup alot".
Dengan begitu, bisa dibilang tinggal tunggu waktu saja GNPF Ulama—dalam istilah Dani—akan all out memenangkan Prabowo-Sandi. Dengan begitu pula GNPF akan masuk kembali ke gelanggang politik nasional setelah tak digubris Prabowo pada penentuan calon wakil presiden tempo hari.
Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah membuat posko pemenangan.
"Nanti lihat saja. kami mau bikin 1 juta posko pemenangan di seluruh Indonesia," kata Dani.
Dani mengklaim, komunikasi antara GNPF dengan kubu Prabowo-Sandi berjalan intensif, terutama untuk pembahasan program kerja. Aspek ini dibahas dalam tim sukses yang terdiri dari empat partai pendukung. Dengan begitu sebetulnya baik partai pendukung dan GNPF bakal punya kegiatan yang beririsan.
Meski begitu, Dani mengaku belum tahu apakah mereka akan digandeng agar resmi masuk sebagai bagian dari tim sukses atau tidak. GNPF Ulama, katanya, akan menyerahkan keputusan ini sepenuhnya kepada Prabowo.
Upaya melekatkan diri ke kubu Prabowo-Sandi direspons positif Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade. Ia mengaku senang apabila Prabowo didukung ulama GNPF. Dukungan tersebut akan menguatkan semangat mereka.
"Tentunya kami bersyukur karena banyak dukungan kepada Pak Prabowo dan Sandi. Itu akan menambah optimisme kami, semangat kami," kata Andre kepada Tirto.
Andre enggan menjawab apakah Prabowo-Sandi akan mengakomodir GNPF masuk ke dalam tim sukses atau tidak. Ia hanya memastikan kalau Prabowo sudah membaca pakta integritas dan memang bersedia menandatanganinya.
"Pakta integritas sudah dibaca. Bagus, ya, berpihak kepada rakyat. Insya Allah, Pak Prabowo akan setuju pakta integritas itu," kata Andre.
Diperlukan, Tapi Bisa Jadi Blunder
Pengamat politik dari UIN Jakarta, Adi Prayitno, berpendapat dukungan GNPF memang dibutuhkan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019. Dukungan ini penting karena dari kubu lawan ada Ma'ruf Amin, yang notabene orang yang dituakan dalam ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.
"Enggak ada pilihan lain bagi Prabowo selain menyetujui pakta integritàs itu," kata Adi kepada Tirto, Jumat (14/9.2018).
Meski begitu, sebetulnya hal ini bisa jadi bumerang bagi pasangan Prabowo-Sandi. Kata Adi, dengan menyetujui pakta integritas—yang berisi 17 poin namun tak dijelaskan lebih jauh apa saja isinya—maka Prabowo-Sandi sama saja menutup kemungkinan mendapat dukungan dari kelompok Islam lain di luar GNPF.
Untuk menghindari masalah ini sebetulnya Gerindra dan partai koalisi bisa tidak memasukkan GNPF ke dalam struktur tim kampanye.
"Kalau strateginya ingin banyak memasang jangkar untuk melebarkan sasaran ceruk pemilih, GNPF tak perlu masuk struktural timses. Biarkan GNPF jadi 'gelandang serang' yang bebas menentukan langkah politiknya," kata Adi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino