tirto.id - Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari berpendapat bahwa gestur dan ucapan Susilo Bambang Yudhoyono tidak sinkron saat mengatakan ingin bicara blak-blakan dengan Presiden Joko Widodo, dalam jumpa persnya, Rabu (01/2/2017).
Lebih lanjut Monica menjelaskan, saat itu tangan kanan SBY memegang mikrofon, sementara tangan kirinya diangkat, kelima jari terentang dan telapak tangannya menghadap ke luar.
Hal tersebut, kata Monica, menunjukkan bahwa antara pikiran, emosi dan tubuh yang tidak sejalan atau tidak sinkron.
"Saat pikiran mengatakan ingin bicara keterbukaan - bila diikuti dengan emosi yg ikhlas (kredibel) maka direspons tubuh dengan gerakan tangan terbuka - bukan dengan gerakan yang justru malah seperti terkesan menolak," ungkap Monica kepada Antara, Kamis (2/2/2017).
Monica juga menjelaskan bahwa bahasa tubuh manusia memang lebih dominan ketimbang perkataan karena bahasa tubuh merupakan respons bawah sadar yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Selain menganalisis gestur Presiden ke-6 RI itu, ia juga menganalisis suara dan tone berbicara SBY. Ia menemukan adanya perbedaan suara SBY dari biasanya.
"Terjadi perubahan emosi," kata dia.
Menurutnya, biasanya suara SBY terdengar semangat berapi-api, namun pada konteks ini suaranya menjadi lebih lembut dan lambat.
"Apa indikasinya? Terjadi keragu-raguan atas apa yang diucapkannya," ungkap Monica.
Sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono mengaku ingin berbicara blak-blakan dengan Presiden Jokowi terkait dengan aksi damai umat Islam 4 November 2016, rencana pengeboman hingga makar.
Hal tersebut disampaikan SBY dalam pembukaan konferensi persnya Rabu (01/2/2017) petang. Konferensi pers itu dilakukan SBY untuk menanggapi pernyataan kuasa hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengaku memiliki bukti percakapannya dengan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin terkait Fatwa MUI.
"Sayang sekali saya belum punya kesempatan bertemu Presiden kita Bapak Jokowi. Kalau bisa bertemu saya mau bicara dengan beliau blak-blakan, siapa yang melaporkan kepada beliau info intelijen yang menuduh saya mendanai aksi damai 4/11, mengaitkan saya dengan rencana pengeboman Istana Negara dan urusan makar," kata SBY.
Terkait rencana pertemuan itu, SBY mengaku ada pihak-pihak tertentu yang melarang Presiden Jokowi bertemu dengannya.
"Ada tiga sumber yang memberi tahu saya, bahwa beliau (Jokowi) juga ingin bertemu saya tapi dilarang dua-tiga orang di sekeliling beliau. Dalam hati saya hebat juga bisa melarang Presiden bertemu sahabatnya yang juga mantan Presiden," ujar SBY.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto