tirto.id - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku ingin berbicara blak-blakan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan aksi damai umat Islam 4 November 2016, rencana pengeboman hingga makar.
Hal tersebut disampaikan SBY dalam pembukaan konferensi persnya Rabu (01/2/2017) petang. Konferensi pers itu dilakukan SBY untuk menanggapi pernyataan kuasa hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengaku memiliki bukti percakapannya dengan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin terkait Fatwa MUI.
"Sayang sekali saya belum punya kesempatan bertemu Presiden kita Bapak Jokowi. Kalau bisa bertemu saya mau bicara dengan beliau blak-blakan, siapa yang melaporkan kepada beliau info intelijen yang menuduh saya mendanai aksi damai 4/11, mengaitkan saya dengan rencana pengeboman Istana Negara dan urusan makar," kata SBY di Jakarta, dikutip dari Antara.
Namun, SBY juga mengatakan bahwa ada pihak-pihak tertentu yang melarang Presiden Jokowi bertemu dengannya.
"Ada tiga sumber yang memberi tahu saya, bahwa beliau (Jokowi) juga ingin bertemu saya tapi dilarang dua-tiga orang di sekeliling beliau. Dalam hati saya hebat juga bisa melarang Presiden bertemu sahabatnya yang juga mantan Presiden," ujar SBY.
Lebih lanjut SBY menjelaskan, dirinya tidak berang atas pernyataan kuasa hukum Ahok, tetapi dia hanya meminta penegak hukum mengusut tuntas jika benar terjadi penyadapan ilegal atas dirinya.
Selain itu, SBY juga merasa perlu mengklarifikasi dan berbicara dengan Jokowi terkait dengan tudingan bahwa dirinya berperan sebagai aktor yang mendanai aksi 4/11, rencana pengeboman Istana Negara hingga upaya makar.
"Saya ingin sebetulnya mengklarifikasi secara baik supaya tidak simpang-siur, tidak ada prasangka, praduga atau perasaan enak atau tidak enak atau saling curiga," kata SBY.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto