tirto.id - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, mengungkapkan alasan presiden terpilih, Prabowo Subianto, belum menetapkan nama-nama menteri di kabinetnya mendatang. Salah satu alasannya karena Prabowo sedang mendalami betul orang-orang yang akan menjadi pembantunya di lima tahun ke depan.
"Semua calon calon menteri itu kenapa butuh waktu cukup lama, karena pasti akan dilihat dari kapasitas, latar belakang full," kata dia usai ditemui di acara Rembuk Nasional Pemuda Indonesia ke-II, di Djakarta Teater, Jakarta, Minggu (8/9/2024).
Bagaimana pun, kata Rahayu, Prabowo menginginkan seluruh pembantunya itu adalah terbaik, sehingga tidak ingin terburu-buru. Paling tidak, sosok menteri pilihan Prabowo bisa menggabungkan antara eksekusi program dan menangkap visi misi Asta Cita.
"Dan [paling penting] memahami dari segi pemerintahan dalam birokrasi harus berjalan semua harus dipertimbangkan. Siapa yang jadi, kita juga tidak tahu," pungkas dia.
Saat ini, memang kembali beredar susunan kabinet pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di media sosial. Draf tersebut lengkap dengan nama-nama dan posisi menteri yang di isi. Namun, itu bukan draf resmi dan hanya bagian dari aspirasi masyarakat.
"Sudah dipastikan draf itu hoax," kata Rahayu.
Di sisi lain, lanjut Rahayu, Prabowo masih membuka pintu bagi seluruh partai politik (parpol) untuk masuk ke dalam pemerintahannya.
Rahayu mengatakan, pada prinsipnya Prabowo ingin pemerintahan ke depan tidak hanya diakomodir oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) saja. Namun, bisa melibatkan seluruh parpol lain untuk ikut bersama mengawal pemerintahan ke depan.
"Pak Prabowo seperti waktu di akhir Rapimnas lalu menyampaikan kita harus bisa maju ke depan bersama. Tidak ada satu yang ditinggal bahkan kalau semuanya bergabung "ayo"," ujarnya.
Rahayu memastikan bahwa pintu tersebut terbuka lebar bagi parpol manapun tidak terkecuali. Prabowo dalam hal ini, kata Rahayu, tidak melihat bendera warna partai maupun sekalipun mereka yang sempat bersebrangan dengan dirinya.
"Karena beliau menekankan kunci Indonesia emas 2045 hanya kalau kita, terutama pemimpin-pemimpinnya bersatu," katanya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto