Menuju konten utama

Gempa Lombok: Donatur Diimbau Tak Kirimkan Susu Formula

“Menyusui dalam kondisi darurat harus terus dilakukan oleh ibu kepada bayi hingga usia 2 tahun atau lebih. Air susu ibu tidak bisa digantikan dengan susu formula.”

Gempa Lombok: Donatur Diimbau Tak Kirimkan Susu Formula
Seorang ibu memandikan anaknya di tempat pengungsian korban gempa bumi di Desa Santong, Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/wsj/18.

tirto.id - Kepala pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengimbau donatur gempa Lombok untuk tidak mengirimkan donasi susu formula untuk bayi dan anak.

Sutopo menegaskan pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi dan balita tidak dapat dilakukan sembarangan di pengungsian.

“Menyusui dalam kondisi darurat harus terus dilakukan oleh ibu kepada bayi hingga usia 2 tahun atau lebih. Air susu ibu tidak bisa digantikan dengan susu formula,” tandasnya.

Hal ini juga ditujukan karena terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, alat memasak, botol steril dan lainnya sangat terbatas di pengungsian.

“Akibatnya, kasus-kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu,” kata Sutopo.

Dalam beberapa pengalaman saat terjadi bencana, apalagi skala bencananya besar yang menyebabkan banyak pengungsi pada saat tanggap darurat bencana, susu formula dan susu bubuk adalah bantuan umum diberikan dalam keadaan darurat.

Sayangnya, produk-produk tersebut seringkali dibagikan tanpa kajian dan pemantauan yang baik sehingga dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih perlu disusui.

“Diimbau masyarakat dan semua pihak untuk memerhatikan jenis bantuan yang diperlukan. Niat baik untuk membantu sesama agar justru tidak menimbulkan masalah baru khususnya bagi bayi dan balita di pengungsian,” kata Sutopo.

Dampak gempa bumi 7 SR yang diikuti ratusan gempa susulan telah meluluhlantakkan Lombok. Data korban akibat gempa terus bertambah. Terdapat 387.067 jiwa pengungsi yang tersebar di ribuan titik. Pengungsi terus memerlukan bantuan karena belum semua kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi. Bahkan hingga Sabtu (11/8/2018) masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi.

Pengungsi tersebar di ribuan titik yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara 198.846 orang, Kota Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506 orang. Dari 387.067 jiwa pengungsi tersebut terdapat bayi dan anak-anak yang perlu mendapat perlakukan khusus selama mengungsi.

Bayi dan anak termasuk kelompok rentan bersama dengan ibu hamil, lansia dan disabilitas. Mereka perlu mendapat perlakukan khusus karena rentan selama di pengungsian.

Hingga saat ini belum ada data berapa jumlah bayi dan anak-anak dari 387.067 jiwa pengungsi. Tetapi diperkirakan terdapat puluhan ribu jiwa. Data sementara di Kabupaten Lombok Utara terdapat 1.991 jiwa balita berusia nol sampai lima tahun dan 2.641 jiwa anak-anak berusia enam sampai sebelas tahun.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani