Menuju konten utama

Gakoptindo Pastikan Harga Kedelai Impor dari AS Tidak Naik

Ketua Umum Produsen Tahu Tempe Indonesia Aip Syarifuddin menyatakan, tidak ada kenaikan harga kedelai impor dari Amerika Serikat, dan masih berkisar di Rp7.000/kg.

Gakoptindo Pastikan Harga Kedelai Impor dari AS Tidak Naik
Perajin memproduksi tahu dengan menggunakan kedelai impor di salah satu industri di Gebugan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (22/4). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan bahwa tidak ada kenaikan harga kedelai impor dari Amerika Serikat (AS).

"Baru kemarin tanggal 4 September kami rapat anggota keseluruhan, dan saya menerima laporan harga yang stabil," jawabnya ketika dihubungi Tirto, Jumat (7/9/2018).

Aip yang membawahi sekitar 5 juta pengusaha yang tergabung dalam koperasi tempe tahu di 21 provinsi menjelaskan, harga kedelai masih berkisar di Rp7.000/kg. Menurut pengakuan Aip, harga tersebut relatif stabil sejak tiga bulan yang lalu.

"Berita di CNN itu tidak benar. Harga kedelai tidak pernah sampai Rp5.000/kg. Tidak juga sekarang sampai Rp8.000/kg." tegas Aip.

Akhir-akhir ini marak pemberitaan mengenai naiknya harga kedelai akibat pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS. Kenaikan kedelai yang menjadi bahan pokok pembuatan tempe tahu itu dianggap merugikan para pengrajin.

Aip menjelaskan, kebutuhan kedelai impor bagi para pengusaha tempe tahu memang cukup tinggi, sekitar 2 juta ton setiap tahunnya. Lebih dari 80 persen kedelai impor itu memang disuplai dari Amerika Serikat.

"Kita memang beli pakai dolar, tapi harga di sana sedang turun karena akhir tahun itu di sana sedang panen," jelas Aip.

Berdasarkan data di laman Kementerian Pertanian AS, harga kedelai mengalami penurunan sejak Juni lalu. Pada bulan Mei 2018 harga kedelai mencapai 9.84 dolar/bushel, kemudian turun pada Juni menjadi 9.55 dolar/bushel dan terus menurun pada Juli 2018 menjadi 9.10 dolar/ per bushel.

Pada Rabu 5 September 2018 kemarin, kedelai AS turun menyentuh harga 8.48 dolar/bushel.

Aip menambahkan, dalam waktu dekat ini Gakoptindo akan mengumumkan kepada publik bahwa pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS tidak berdampak kepada harga kedelai. Khususnya, juga tidak berdampak pada pengrajin tempe tahu.

"Kami baru selesai menyusun press release," tambahnya saat diwawancarai via sambungan telepon.

Sementara itu, hal berbeda justru disampaikan oleh Sekretaris Asosiasi Pengusaha Tahu Tempe Aceh Mulizar. Ia menyatakan harga kedelai naik membuat biaya produksi ikut naik, sementara harga jual tahu di masyarakat tidak mengalami kenaikan.

"Kalangan pengusaha tahu mengeluhkan harga kedelai yang terus meningkat. Sementara, harga jual tahu di masyarakat tidak mengalami kenaikan," kata Mulizar di Banda Aceh, Rabu (5/9/2018).

Menurut dia, kenaikan dolar turut berdampak naiknya harga kedelai impor secara perlahan. Harga kedelai impor sekarang ini Rp7.700 per kilogram naik dari sebelumnya Rp6.500 per kilogram. Kenaikan tersebut sudah berlangsung beberapa bulan terakhir.

Mulizar mengakui, kenaikan harga bahan baku tersebut sangat memberatkan kalangan pengusaha tahu karena harga jual tahu di masyarakat tetap Rp95 ribu per embernya. Satu ember ada tiga papan tahu yang isinya berkisar 30 potong tahu per papannya. Kami masih tetap bertahan dengan harga jual seperti itu," kata Mulizar.

Oleh karena itu, Mulizar mengharapkan pemerintah bisa turun tangan membantu menurunkan harga kedelai impor. Jika tidak, dikhawatirkan akan banyak usaha kecil produksi tahu tutup atau bangkrut.

Baca juga artikel terkait HARGA KEDELAI atau tulisan lainnya dari Jofie Dwana Bakti

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Jofie Dwana Bakti
Penulis: Jofie Dwana Bakti
Editor: Yandri Daniel Damaledo