tirto.id - Pengusaha tempe berskala kecil dan menengah mengeluh harga kedelai saat ini masih terlampau tinggi. Mereka berharap harga bisa stabil dan kembali seperti sebelum pandemi COVID-19.
“Harapan dari mereka harga seperti yang dulu, artinya sampai Rp8.000 (per kg). Kalaupun seumpamanya ada kenaikan, itu mereka berharap maksimal Rp90.000,” ujar Ketua DPC Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia Kabupaten Bekasi, Eko Parmono, saat melakukan RDPU dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, dikutip Kamis (19/1/2023).
Eko menuturkan tingginya harga kedelai membuat pengusaha tempe berskala kecil dan menengah kesulitan mengejar biaya produksi.
"Kalau yang kami tangkap dari teman-teman di lapangan, harga sekarang (kedelai) masih cenderung tinggi sehingga mereka tidak bisa mengejar biaya produksi dan menyebabkan daya jual mereka menurun,” katanya.
Dia menjelaskan, sebelum pandemi melanda, harga kedelai hanya berkisar Rp700.000 per kuintal. Namun, pada Agustus 2022 harga kedelai melonjak jadi Rp 1,4 juta per kuintal.
“Hari ini mereka baru belanja bahan tadi pagi, Rp 1,2 juta per kuintal, masih enggak ngejar biaya produksi,” bebernya.
Pada kesempatan yang sama, salah seorang pengusaha tempe, Siti Tohiroh mengakui sempat gulung tikar karena tidak kuat lagi membeli bahan baku. Dia bahkan terpaksa harus meminjam modal ke bank keliling dengan bunga yang sangat besar demi dapat produksi kembali.
“Modal boleh pinjam dari bank keliling, bunganya sampai 30 persen. Misalnya pinjam Rp1 juta kembalinya jadi Rp 1,3 juta,” ucap Siti.
Siti berharap harga bahan baku kedelai bisa segera stabil agar para pengusaha tempe skala kecil dan menengah bisa mendapatkan keuntungan yang layak. Karena dia mengklaim jika harga kedelai masih tinggi, maka pengusaha sepertinya kebingungan untuk mengambil langkah seperti apa.
Selain itu, dia juga berharap ada keberpihakan negara untuk pengusaha tempe berskala kecil dan menengah. Mulai dari sisi modal dan alat produksi modern.
“Dikecilkan (ukuran tempe) enggak laku, digedian nggak dapat apa apa," ujar Siti.
Menanggapi naiknya harga, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima mengatakan, pihaknya mencatat semua aspirasi yang disampaikan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi sebagai pendamping pengusaha tempe berskala kecil dan menengah. Pihaknya juga akan mengecek ketersediaan kedelai di lapangan dan akan meminta Kementerian Perdagangan dan Bulog untuk memantau ketersediaan kedelai di lapangan.
Sementara untuk membantu keberlangsungan UMKM yang sempat gulung tikar, dia menyarankan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi membuat koperasi yang menaungi pengusaha tempe berskala kecil dan menengah.
"Kami akan dukung dan damping bapak dan ibu mengakses Dana Bergulir untuk sektor Koperasi UMKM untuk membantu permodalan pengusaha tempe,” pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin