Menuju konten utama
Penyanderaan Pilot Susi Air

Pembebasan Pilot Susi Air: Pelik & Tak Selesaikan Konflik Papua

Penyanderaan pilot Susi Air dinilai bagian dari dinamika konflik, tapi konflik tak akan selesai dengan pembebasan pilot.

Pembebasan Pilot Susi Air: Pelik & Tak Selesaikan Konflik Papua
Pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, Philips Max Marthin, yang disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka. FOTO/TPNPB-OPM

tirto.id - Beredar percakapan Susi Pudjiastuti, bos maskapai penerbangan Susi Air dengan pendeta Karel Phil Erari. Mereka membahas soal penyanderaan Philip Mehrtens. Philip adalah pilot berkebangsaan Selandia Baru yang disandera sejak 7 Februari 2023 oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

“Sampaikan pesan kepada Jokowi, pertama, tarik semua pasukan nonorganik dari Papua dan saya minta pimpinan gereja di pedalaman harus bertindak. Saya tetap ingin mereka untuk bertindak, bicara dengan Egianus Kogoya, harus bebaskan Philip Mehrtens," ucap pendeta dikutip dari rekaman yang diterima Tirto, Senin, 8 Mei 2023.

Susi pun merespons. Ia bilang pasukan TNI yang datang, malah menunggu untuk mengevakuasi Philip. “Tim Kopassus itu bukan untuk menyerang kelompok bersenjata, (tapi) untuk mengevakuasi kalau tim Cartenz sudah jadi negosiasi. Kenapa mereka (TPNPB) menembak tim yang mau evakuasi? Saya marah."

“Hampir 20 tahun terbang di Papua, saya bantu masyarakat. Tolong tanya di (Distrik) Mamit, saya kasih obat-obatan, tangan saya cuci luka orang-orang, anak-anak Papua. Saya marah," tegas Susi.

“Kalau Pak Bishop tanya saya, saya mau apa? Kalau saya suruh menyelamatkan pilot saya sendiri, saya akan minta bom sama TNI. Saya bom semua sendiri. Saya marah." Bishop yang ia maksud adalah pastor atau pendeta.

Menurut Susi, bagaimana minta agar pasukan TNI ditarik sementara mereka dibantai oleh TPNPB. Susi juga tak habis pikir kenapa Egianus cs membakar pesawat yang selama ini mengangkut makanan, obat-obatan, keperluan masyarakat setempat, bahkan yang mengangkut orang Papua.

“Apa dosa saya? Apa salah saya? Saya marah sekali," ucap Susi. "Mereka (pasukan TNI itu) anak-anak muda, bukan pasukan-pasukan tempur, tapi mereka ditembaki begitu saja. Anak dan istri (prajurit TNI) yang ditembaki bagaimana? Terpikirkah oleh Egianus dan kawan-kawan?" kata dia.

Pilot Susi Air

Pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, Philips Max Marthin, yang disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka. FOTO/TPNPB-OPM

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom merespons pernyataan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu. Sebby bilang ucapan Susi lucu.

“Ibu ini orang yang aneh dan lucu, dia tidak sadar, dia sendiri penjajah. Artinya Indonesia melakukan pendudukan ilegal di tanah orang-orang asli West Papua. Pemiliknya dibunuh, dibantai, disiksa, ditangkap, dirampok kekayaannya," kata Sebby ketika dihubungi Tirto, Senin, 8 Mei 2023.

“Lalu pilot itu kan terima surat persetujuan Panglima untuk menerbangkan pesawat, berarti mereka (pilot) menjadi bagian yang membantu aparat keamanan. Semua kontrol di Jakarta. Jadi dia bagian dari penjajahan terhadap orang asli Papua, pilot itu," sambung Sebby.

Paparan Pendeta

Karel Phil, ketika diwawancarai Tirto pada 8 Mei 2023, mengaku dirinya teleponan dengan Susi untuk membahas beberapa hal, selain Philip Mehrtens. Salah satunya ialah mengganti pesawat Susi Air yang dibakar oleh TPNPB-OPM di Distrik Mugi usai menyandera Mehrtens.

“Ada bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pendidikan di Papua. Kami putuskan bantuan itu untuk mengganti rugi pesawat yang dibakar itu," kata Phil, Penasihat Persekutuan Gereja-Gereja Reformasi se-Dunia atau World Communion of Reformed Churches (WCRC).

Rabu atau Kamis pekan depan, Phil akan ke Jakarta untuk menemui Susi dan Presiden Jokowi. Pertemuan dengan kepala negara itu untuk menyampaikan saran Phil agar presiden bisa membuatkan regulasi khusus untuk penyelamatan si pilot.

Karena Phil menilai presiden dengan kekuatannya bisa menjadi cara masuk agar Mehrtens bisa dibebaskan, lalu pemerintah memberikan imbalan yang dibutuhkan oleh Egianus cs seperti bahan makanan, obat-obatan, maupun duit. Secara tidak langsung upaya ini adalah barter nyawa dengan barang. Apakah itu sepadan?

Phil juga menghubungi beberapa pendeta Papua seperti Socrates Yoman, Benny Giay, dan Dorman Wandikbo untuk membantunya. “Supaya nanti kami bertemu dengan Egianus Kogoya dkk, kami minta agar pilot dibebaskan. Kami akan usaha untuk beri bantuan kepada mereka dan kami minta pasukan organik (TNI) itu tak perlu," terang Phil.

Ketika Tirto bertanya bagaimana caranya mereka bisa bertemu dengan Egianus? Bagaimana dengan keselamatan ketika pertemuan berlangsung? Apakah itu tidak menjadi masalah baru, terlepas dari TPNPB mempercayai tokoh tertentu?

Phil bilang Dorman, Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI), berada di satu wilayah dengan TPNPB. "Supaya kirim pesan kepada Egianus dkk bahwa pimpinan gereja GKI, Kingmi, Baptis, GIDI ingin bertemu untuk menyampaikan semacam barter. Barter supaya pilot bisa dibebaskan dan bisa kami tinggalkan bantuan yang diberikan presiden.”

Pilot Susi Air

Pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, Philips Max Marthin, yang disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka. FOTO/TPNPB-OPM

Pilot Bebas, Perselisihan Tak Reda

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Adriana Elisabeth mengatakan, masyarakat Papua itu butuh orang yang ditunjuk berdasar ketetapan, karena tak mau bernegosiasi dengan sembarang orang.

“Negosiasi pembebasan sandera dan negosiasi penyelesaian konflik itu berbeda. Pemerintah mau menyelesaikan yang mana?" kata Adriana kepada reporter Tirto. "Kalau mau membebaskan pilot, ya, bebaskan pilot saja. Tidak bisa menyelesaikan yang lain. Pun Mehrtens dibebaskan, konflik belum selesai."

Prinsip pembebasan sandera itu nihil kekerasan dan semua hal emosional turut ditanggalkan agar tidak memicu kekerasan lain. "Siapa yang punya keahlian menjadi negosiator sandera di Indonesia? Tanpa bermaksud meremehkan,” kata dia.

Ihwal barter, TPNPB tak butuh ransum, melainkan pengakuan tanah kelahirannya. "Kalau langsung diberi bantuan kemanusiaan, saya bisa jamin kelompok bersenjata tak mau. Karena itu bantuan yang tidak sepadan," ucap Adriana.

Bila Mehrtens dibebaskan, kata dia, silakan dilanjutkan berdialog soal perkara politik Papua.

Cara negosiasi seperti itu lebih ideal, sebab diperlukan kecakapan negosiasi cum negosiator yang dipercaya oleh pemerintah Indonesia maupun TPNPB. Lebih baik aparat kepolisian atau tentara jangan dijadikan negosiator, karena kelompok bersenjata menganggap mereka adalah musuh. Artinya berpotensi menimbulkan bentuk kekerasan lain.

Adriana berkata, dalam penyelesaian konflik Papua harus ada kekuatan sipil yang paralel dengan kekuatan bersenjata. "Penyanderaan pilot ini bagian dari dinamika konflik, tapi konflik tak akan selesai dengan pembebasan pilot. Begitu logikanya. Harus ada orang yang paham ini,” kata dia.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru pun merespons soal penyanderaan pilot Susi Air.

“Kesejahteraan Mehrtens adalah prioritas utama kami. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mendapatkan resolusi damai dan pembebasan yang aman bagi Mehrtens, termasuk bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia dan mengerahkan staf konsuler Selandia Baru," ucap kementerian, Senin, 8 Mei 2023.

Pemerintah Selandia Baru juga mendukung keluarga Mehrtens, yang berada di Aotearoa Selandia Baru maupun di Indonesia. Bahkan keluarga meminta privasi dalam situasi yang sangat menantang ini.

Susi Air

Manejemen Susi Air menyikapi penyanderaan Philip Mehrtens oleh TPNPB-OPM, Rabu, 1 Maret 2023. (Adi Briantika/Tirto.id)

Baca juga artikel terkait PENYANDERAAN PI atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Politik
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz