tirto.id - Lembaga pemeringkat utang Fitch Ratings meragukan pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) RI atau Indonesia Investment Authority (INA) bakal mampu menekan beban utang perusahaan plat merah. Fitch menilai tingginya kebutuhan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah berpotensi membuat kehadiran INA tidak terlalu berdampak pada beban utang BUMN.
“Peluncuran INA kemungkinan tidak akan menghasilkan penurunan tingkat utang pada BUMN dalam waktu dekat,” tulis Fitch Ratings dalam keterangannya, Rabu (24/3/2021).
Menurut Fitch Ratings, ada sejumlah skenario yang memungkinkan INA bisa meringankan beban para BUMN. Misalnya mengambil alih sejumlah aset yang perlu dikelola maupun ikut berkontribusi dalam pemodalan proyek-proyek baru sehingga bisa mengurangi jumlah utang yang harus disiapkan BUMN untuk membiayai infrastruktur itu.
Sayangnya hal itu tak akan mudah. Jumlah modal INA juga tidak banyak-banyak amat lantaran baru mencapai Rp60 triliun per akhir 2021. Angka itu lebih kecil dibanding skala utang para BUMN yang terlibat dalam proyek konstruksi dan jalan tol sampai migas. Utang BUMN bidang kontruksi saja mencapai Rp170 triliun per akhir September 2020 dan per Juni 2020 utang PT Pertamina menyentuh Rp300 triliun.
Fitch juga menilai ada risiko kalau modal yang disediakan INA bagi sejumlah BUMN dapat mudah terkikis jika kembali disalurkan bagi proyek-proyek baru. Risiko ini agaknya tak terhindarkan mengingat keinginan pemerintah yang masih ingin menggenjot investasi di bidang infrastruktur.
Alternatifnya, INA dapat meningkatkan kemampuannya menarik arus modal asing ke investasi infrastruktur di Indonesia. Misalnya seperti US International Development Finance Corporation yang belakangan menunjukan minatnya berinvestasi di INA.
Posisi INA juga cukup kuat karena diberi berbagai fasilitas oleh pemerintah dari sisi hukum dan kebijakan untuk meyakinkan investor yang mau berinvestasi. Misalnya perlindungan dari keadaan pailit.
Akan tetapi Fitch menilai INA belum mampu mengamankan sumber-sumber modal yang memadai. Hal itu bisa dicapai tetapi sifatnya jangka panjang alih-alih bisa terealisasi dalam waktu singkat.
“Kami melihat mobilisasi modal seperti itu lebih mungkin terjadi secara jangka panjang seiring INA mengembangkan rekam jejaknya dalam mendanai dan mengelola proyek,” tulis Fitch.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan