tirto.id - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku jenuh melihat Pilpres 2019 menjadi ajang kontestasi politik yang tidak menarik. Hal tersebut disebabkan topik yang dibahas oleh kedua kubu terkesan tak jelas dan jauh dari substansi.
"Itu yang saya bilang, baik oposisi maupun incumbent, itu menu dari perdebatannya sudah tidak jelas. Istilahnya kita mau makan apa dan rakyat pun mau dikasih apa. Akhirnya ada sesuatu yang tidak terencana yang lahirnya lebih banyak gimik daripada substansinya," kata Fahri di kompleks DPR, Kamis (15/11/2018) siang.
Ia mengatakan pembicara dalam ranah hal substansial sangat penting untuk mencari presiden yang bisa mengurus negara dalam berbagai bidang.
"Kalau mau bicara secara nasional, kamu mau melindungi rakyat, bagaimana caranya? Apa saja persiapan rakyat hadapi bencana? Bagaimana urus kecelakaan transportasi? Bagaimana kamu melindungi rakyat itu kan spesifik, detail bagi rakyat. Kalau sekarang enggak jelas," katanya.
Ia menyalahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dinilai tak mengantisipasi kampanye Pilpres 2019 berlangsung lama dan panjang. Ia menyayangkan rentan waktu untuk kampanye yang menyentuh delapan bulan tidak diantisipasi oleh KPU.
Fahri memberi analogi, jika orang pertandingan tinju yang harus menyelesaikan 50 ronde pertandingan, padahal di ronde 12 sudah kelelahan dan kebingungan ingin berbuat apa lagi.
"Akhirnya keluar gimik yang enggak-enggak, dari genderuwo, sontoloyo, sampai wajah ini wajah itu, substansinya apa?" katanya.
Fahri menyarankan KPU harus lebih kreatif mendesain perdebatan antar kedua paslon dan kubu, seperti membahas integrasi Papua, saham Freeport, bagaimana Sulawesi menghadapi bencana, masa depan otonomi daerah di Aceh, dan lain-lain.
"Kan enak nontonnya jadi ada panduan dalam perdebatan. Sontoloyo jadi bahan, genderuwo jadi bahan, urusannya apa rakyat sama itu? Rakyat enggak bisa kenyang," katanya.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dipna Videlia Putsanra