tirto.id - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding menjelaskan maksud dari ucapan politik "genderuwo" yang disampaikan Joko Widodo (Jokowi) saat membagikan sertifikat tanah untuk masyarakat Tegal, Jawa Tengah, pada Jumat (9/11/2018).
Menurut Karding, saat dihubungi Tirto hari ini, Jumat (9/11/2018), maksud politik genderuwo adalah, "pernyataan simbolik yang ditujukan kepada semua orang, pemimpin, politisi yang dalam setiap pernyataannya, kampanyenya selalu membangun narasi propaganda tentang ketakutan tentang kegaulauan di tengah masyarakat."
Hal ini, kata Karding, berbeda dengan cara politik Jokowi yang penuh optimisme, bahagia dan memberikan pendidikan politik yang baik.
"Jadi kalau pak Prabowo sering melontarkan pesimisme, pernyataan yang propaganda terkait hal yang menakutkan, mungkin yang dimaksud salah satunya pak Prabowo," kata Karding.
Meskipun begitu, Karding menganggap pernyataan Jokowi itu juga ditujukan kepada politikus lainnya yang kerap menebar pesimisme kepada masyarakat melalui nyinyiran, fitnah dan hoaks.
Selain itu, Karding menilai maksud dari Jokowi mengucapkan politik genderuwo adalah agar politikus bisa lebih memerhatikan masyarakat dalam proses demokrasi.
"Pak Jokowi ingin menyatakan kepada kita politik proses demokrasi yang membutuhkan keterlibatan rakyat dalam prosesnya, karena penting kita berangkat dari prinsip rakyat berdaulat," kata Karding.
Jokowi menyampaikan politik genderuwo saat membagikan sertifikat tanah di Tegal pagi ini. Dalam pidatonya, Presiden Indonesia ini menekankan pentingnya kerukunan dan kebhinnekaan, lantaran menurutnya, saat ini banyak politikus yang pandai memengaruhi. Banyak yang tidak menggunakan etika dan sopan santun politik yang baik.
"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat menjadi, memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat, benar nggak ya, benar nggak ya?" kata Jokowi.
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Nggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya 'politik genderuwo', nakut-nakuti," imbuhnya.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yandri Daniel Damaledo