Menuju konten utama

Everest Dipenuhi Sampah, dari Puluhan Tenda Hingga 8.000 Kg Tinja

Para petugas harus memikirkan cara bagaimana membersihkan sampah berupa tenda yang terbengkalai hingga tinja.

Everest Dipenuhi Sampah, dari Puluhan Tenda Hingga 8.000 Kg Tinja
gunung everest foto/shutterstock

tirto.id - Rekor jumlah pendaki yang memadati Gunung Everest pada musim ini telah membuat petugas kebersihan sibuk sampah. Para petugas harus memikirkan cara bagaimana membersihkan sampah berupa tenda yang terbengkalai hingga tinja.

Perusahaan ekspedisi hanya mengenakan biaya $30 ribu per pendaki, termasuk untuk pembuangan limbah. Everest memiliki begitu banyak sampah, seperti: tabung oksigen kosong, kemasan makanan, dan tali.

Akan tetapi hasil angkutan sampah pada tahun ini dari sekitar 700 pendaki dan pemandu di gunung telah mengejutkan para etnis Sherpa yang bekerja sebagai petugas kebersihan.

Tenda-tenda berserakan di Kol Selatan, atau Camp 4, yang berada pada ketinggian 8.000 meter (26.240 kaki). Camp 4 merupakan perkemahan tertinggi di Everest, tepat di bawah puncak. Angin kencang di ketinggian itu menyebarkan tenda dan sampah ke mana-mana.

"Ketinggian, kadar oksigen, lereng yang berbahaya dan licin, dan cuaca buruk Kol Selatan membuatnya sangat sulit untuk membawa turun barang-barang besar seperti tenda," kata Dawa Steven Sherpa, seperti dikutip Associated Press News (AP News).

Sherpa merupakan orang yang memimpin pembersihan sukarela pada bulan lalu dan menyerukan kampanye untuk membersihkan Gunung Everest selama 12 tahun terakhir.

Pendaki yang kelelahan berjuang untuk bernapas dan melawan mual memilih untuk meninggalkan tenda mereka, dan tidak berupaya untuk membawanya turun. Sherpa mengatakan logo-logo di tenda-tenda sengaja dirusak sehingga pelakunya bisa lolos dari deteksi.

"Kami membutuhkan waktu satu jam untuk menggali hanya satu tenda dari es beku dan menurunkannya," kata Sherpa.

Ekspedisi yang dilakukannya telah menurunkan sekitar 20 ribu kilogram (44.000 pon) sampah sejak 2008.

Sherpa memperkirakan 30 tenda dan 5 ribu kilogram (11 ribu pon) sampah telah ditinggalkan para pendaki di Kol Selatan. Menurunkannya adalah tugas yang sangat berat, karena sedikit kesalahan di ketinggian seperti itu bisa berakibat fatal.

Tidak mungkin mengetahui secara pasti berapa banyak sampah yang tersebar di seluruh Everest karena hanya akan terlihat ketika salju mencair. Di Camp 2, dua tingkat lebih tinggi dari Base Camp, para pegiat percaya sekitar 8 ribu kilogram (17.637 pon) tinja yang ditinggalkan selama musim pendakian tahun ini.

Beberapa pendaki tidak menggunakan toilet darurat, melainkan menggali lubang di salju, membiarkan tinja jatuh ke celah-celah kecil. Namun, kenaikan suhu telah menipiskan gletser, meninggalkan celah yang lebih kecil. Sampah yang meluap ini kemudian tumpah ke bawah menuju base camp dan bahkan permukiman di bawah gunung.

Salju ini biasanya digunakan orang-orang yang tinggal di base camp untuk air minum. Tinja para pendaki bisa membuat air tekontaminasi.

"Selama ekspedisi kami ke Camp 2, delapan dari 10 Sherpa menderita sakit perut akibat air buruk di Camp 2," kata John All, seorang profesor ilmu lingkungan di Universitas Washington Barat yang mengunjungi Everest dalam ekspedisi penelitian.

Bagi orang Nepal yang menganggap gunung itu sebagai “Sagarmatha,” atau Bunda Dunia, membuang sampah sembarangan merupakan penodaan. Pendaki Nima Doma, yang baru-baru ini kembali dari pendakian yang sukses, menjadi marah karena berpikir gunung suci diubah menjadi tempat pembuangan sampah.

“Everest adalah dewa kami dan sangat sedih melihat dewa kami begitu kotor. Bagaimana orang bisa membuang sampah mereka di tempat suci seperti itu,” katanya.

Sampah menciptakan bahaya bagi pendaki di masa depan dan kondisi ini merupakan panggilan untuk segera bertindak.

“Ketika salju mencair, sampah akan terlihat. Ketika ada angin kencang, tenda-tenda tertiup dan sobek dan isinya tersebar di seluruh gunung, yang membuatnya bahkan lebih berbahaya bagi pendaki yang telah menavigasi lereng yang licin, terjal di salju dan angin kencang, ”kata Ang Tshering, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

Ang Dorjee, Kepala Komite Pengendalian Pencemaran Everest yang independen, menuntut agar pemerintah Nepal mengawasi Everest dengan cermat. Pemerintah perlu memberi peraturan yang ketat untuk para pendaki.

“Masalahnya adalah tidak ada peraturan tentang cara membuang tinja. Beberapa pendaki menggunakan kantong biodegradable yang memiliki enzim yang dapat membusukkan tinja, tetapi kebanyakan dari mereka tidak," katanya.

Banyak pendaki tidak menggunakannya karena kantong-kantong itu mahal dan harus diimpor dari Amerika Serikat.

“Masalah dan keprihatinan terbesar sekarang di Everest adalah kotoran manusia. Ratusan orang ada di sana selama berminggu-minggu menggunakan toilet terbuka,” kata Tshering.

Salju yang mencair di Camp 2 akan menciptakan bau yang memuakkan bagi pendaki. Tinja itu akhirnya akan mencemari sumber air di bawah dan berbahaya bagi kesehatan, katanya.

Tshering dan pendaki gunung lainnya mengatakan pemerintah harus meminta pendaki menggunakan kantong yang dapat terurai.

Pemerintah sedang merencanakan untuk menandai peralatan dan perlengkapan pendaki. Semua pendaki harus menyetor $4.000 sebelum pendakian mereka dan mungkin tidak mendapatkan uang kembali jika mereka kembali tanpa barang-barang mereka.

Baca juga artikel terkait SAMPAH atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH