tirto.id - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyatakan prihatin atas banyaknya korban petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang memakan korban jiwa. Hal ini dikarenakan proses pemungutan suara yang menguras tenaga, waktu hingga pikiran.
Juru bicara TKN, Arya Sinulingga mengatakan, atas kejadian tersebut, KPU harus mengevaluasi diri agar tak jatuh korban lagi. Ia mengusulkan kepada KPU agar tidak menyatukan antara pileg dan pilpres.
"Memang kali ini, ini evaluasi juga saya lihat, evaluasi bagi proses pemilu kita ya. Bahwa mungkin menyatukan antara pileg antara pilpres ini berat memang ya," kata Arya di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2019).
Arya menuturkan, menjadi seorang KPPS sangatlah berat, terlebih mereka harus mengikuti berbagai macam rapat.
Serta harus menanggapi terkait adanya keluhan-keluhan dari masyarakat yang memakan waktu lebih banyak.
"Karena mereka [KPPS] menyelenggarakan sampai berapa ke desa itu, untuk satu kecamatan. Jadi banyak banget yang memang jadi persoalan. Jadi ke depan kayaknya harus dipisah ya," kata Arya.
Arya juga menyebutkan menjadi saksi di salah satu tempat pemungutan suara (TPS) saja sudah memakan energi yang banyak. Padahal, kata dia, tugas saksi hanya melihat dan menyaksikan dengan teliti.
"Pasti kita yang hanya dengerin aja, mantau-mantau itu [hasil pencoblosan] aja keletihan, gimana kalau KPPS-nya? Jadi ini kasihan ya. Teman-teman penyelenggara pemilunya kasihan, kasihan benar. Jadi berat bagi mereka untuk menanganinya," tutur dia.
Sejumlah petugas penyelenggara pemilu di berbagai daerah dilaporkan meninggal karena kelelahan. Selain itu, juga ada aparat kepolisian yang meninggal.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali