tirto.id - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P. Hutajulu, menargetkan masalah oversupply atau kelebihan pasokan listrik di Jawa-Bali yang masih sebesar 4 gigawatt (GW) bisa selesai pada 2025. Menurutnya, masalah itu dapat diatasi seiring dengan pertumbuhan permintaan pasokan listrik tiap tahun.
“Growth[permintaan pasokan listrik] cukup tinggi. Ini [masalah kelebihan pasokan] akan teratasi dalam waktu dekat. Tahun depan sudah selesai,” kata Jisman saat ditemui awak media usai acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Ketenagalistrikan Tahun 2024 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (4/10/2024).
Selain itu, pasokan listrik dalam jumlah besar pun dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang ditargetkan Presiden RI Terpilih, Prabowo Subianto.
“Yang jelas kami mau ngejar pertumbuhan ekonomi 8 persen. Tentu listriknya juga didorong lebih besar lagi sehingga [kebutuhan listrik] makin besar,” imbuh Jisman.
Selain itu, Kementerian ESDM tengah berupaya menunda operasinal beberapa pembangkit listrik baru selama 2-3 tahun. Upaya ini diharapkan tidak menambah ketersediaan pasokan listrik nasional dan pada akhirnya tidak menambah beban PT PLN (Persero) yang bertugas menyerap produksi listrik tersebut.
“Beberapa pembangkit 2-3 tahun diupayakan agak mundur COD supaya tidak menumpuk take or pay. Supaya tidak suffer lagi PLN-nya,” ujar dia.
Lebih lanjut, Jisman menjelaskan bahwa pembangkit listrik baru yang dia maksud adalah pembangkit listrik dengan kapasitas 4.182,2 megawatt (MW) yang telah rampung dibangun sejak 2023 lalu. Tambahan kapasitas ini lebih besar dari yang ditargetkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2023 yang sebesar 3.886 MW.
Sementara itu, penambahan pasokan listrik itu sebelumnya dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan sebesar 7-8 persen. Hal itu juga sesuai dengan RUPTL PLN periode 2021-2030.
“Memang dulunya di program 35 ribu MW, pertumbuhan ekonomi kita itudiasumsikan 7-8 persen. Dengan Pandemi COVID-19 dan ini [pertumbuhan ekonomi]enggak mencapai 7-8 persen, dan kami dorong waktu itu pertambahan pembangkit,” jelas Jisman.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi