tirto.id - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman memprediksi puncak kasus gelombang keempat COVID-19 di Indonesia akan terjadi pada jelang akhir Agustus atau September 2022 mendatang. Dia menuturkan, hingga sekarang Indonesia masih dalam gelombang keempat COVID-19 dan didominasi oleh subvarian Omicron BA.5.
“Kita ini masih dalam gelombang empat dari BA.5, utamanya disebabkan BA.5. Dan ini belum berakhir gelombang empat kita ini dan puncak pun belum. Mungkin menjelang akhir Agustus atau bahkan juga September ya,” jelas Dicky saat dihubungi Tirto, Senin (8/8/2022).
Dia pun memandang ada pola peningkatan kasus COVID-19 yang lebih lambat ke arah puncaknya pada gelombang keempat ini. Karena menurut dia, BA.5 menyerang lebih banyak orang yang sudah memiliki imunitas dan sebagian terinfeksi sangat ringan, serta sebagian besar tidak bergejala.
“Dan di tengah juga minimnya juga testing (tindakan melakukan tes COVID-19). Sehingga tidak terlalu terlihat kasus infeksi, padahal sebetulnya banyak sekali ya. Nah di kita, masa rawan kita, prediksi saya sampai Oktober lah,” sambung Dicky.
Dia menerangkan bahwa masa rawan tersebut bukan berarti akan banyak angka kematian akibat COVID-19. Tetapi, jika Indonesia lemah dalam upaya 3T: tindakan melakukan tes COVID-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien COVID-19 (treatment), upaya 5M: memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas, serta vaksinasi COVID-19, maka pada gilirannya hendak memakan korban jiwa terhadap para kelompok paling rawan.
Kelompok paling rawan atau berisiko tertular COVID-19 adalah, kata Dicky, lanjut usia (lansia) tenaga kesehatan (nakes), anak, ibu hamil, dan komorbid.
“Nah, itu kalau bicara penduduk Indonesia, yang masuk kelompok resiko itu banyak banget. Karna jumlah penduduk kita kan besar. Misal ambil 5 persen saja sudah jutaan kan, nah ini yang harus disadari oleh semua pihak,” ujar dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri