tirto.id - Produk manufaktur masih mendominasi nilai ekspor nasional meski kontribusinya ke produk domestik bruto (PDB) menurun pada semester I/2019. Sepanjang Januari-Juni 2019, berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, pengapalan produk manufaktur nasional mampu mencapai 60,14 miliar dolar AS.
Nilai tersebut berkontribusi sebesar 74,88 persen terhadap capaian ekspor nasional yang totalnya sebesar 80,32 miliar dolar AS pada semester pertama tahun ini.
Dari total realisasi ekspor manufaktur, tiga sektor yang paling banyak memberikan sumbangsihnya adalah industri makanan, logam dasar serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia. Nilai ekspor masing-masing sektor tersebut adalah 12,36 miliar dolar AS, sebanyak 8,14 miliar dolar AS serta 6,37 miliar dolar AS.
Sektor lainnya yang turut memberi sumbangan signifikan terhadap ekspor manufaktur adalah pakaian jadi sebesar 4,06 miliar dolar AS, industri kertas dan barang dari kertas 3,55 miliar dolar AS, serta industri karet, barang dari karet dan plastik 3,48 miliar dolar AS.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah masih perlu meningkatkan ekspor dengan mengoptimalkan utilisasi industri dan memperluas pasar luar negeri.
Di samping itu, target peningkatan investasi di bidang industri juga harus dikejar agar struktur perekonomian nasional lebih kuat dan pertumbuhan ekonomi bisa terdorong lebih tinggi.
Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan manufaktur terhadap PDB sendiri tercatat melambat dari 3,88 persen di semester I/2019 menjadi 3,54 persen di tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri masih perlu dorongan modal agar kontribusinya ke perekonomian semakin besar.
"Dua faktor tersebut, menjadi kunci untuk memacu daya saing Indonesia di tingkat regional maupun global," kata pria yang juga menjabat ketua umum Golkar tersebut.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto