tirto.id - Eks Direktur Penyakit Menular World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama merespons terkait kasus COVID-19 kemarin, Rabu (22/6/2022) mencapai hampir 2 ribu kasus atau tepatnya 1.985 kasus. Menurut dia, Indonesia perlu mewaspadai kenaikan kasus tersebut.
"Jadi dalam 1 bulan naik sekitar 10 kali lipat, tinggi sekali dan jelas perlu kewaspadaan, setidaknya 5 hal," kata Tjandra melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto pada Kamis (23/6/2022).
Pertama, urai dia, COVID-19 masih tak terduga (unpredictable) dan rendahnya jumlah tes dan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) akan membuat Indonesia makin sulit menilai perkembangan virus menular tersebut. Hal Ini juga sebabnya WHO menyebut ada 3 skenario virus di tahun 2022 yakni base, best, dan worse.
"Dan kita belum tahu mana yang akan terjadi," sambung Tjandra.
Kedua, tutur dia, pemakaian masker di luar ruangan jelas masih diperlukan, setidaknya untuk yang berisiko. Dia menerangkan ada dua jenis risiko penularan yaitu pertama pada mereka yang lanjut usia (lansia), komorbid dan gangguan imun, serta yang kedua pada keadaan di mana risiko penularan lebih besar seperti pada kerumunan yang banyak orang dan kontak dengan mereka yang bergejala.
"Tentu prokes [protokol kesehatan] secara umum harus jadi perhatian," ujar Tjandra.
Ketiga, lebih lanjut dia, yaitu upaya surveilans ketat dan penyelidikan epidemiologi (PE) di lapangan harus ditingkatkan. Hal ini sebagai salah satu dasar utama pengendalian penyebaran (outbreak).
"Kalau bisa semua atau hampir semua kasus baru tersedia data dari mana dan bagaimana sehingga sampai tertular," imbuh Tjandra.
Keempat, kata dia, vaksinasi COVID-19 dosis pertama dan kedua (lengkap) masih sekitar 60 persen atau nomor dua terendah di ASEAN, hanya di atas Myanmar. Bahkan dosis ketiga (booster) masih sekitar 23 persen.
"Jelas harus ada upaya khusus untuk ditingkatkan," ujar Tjandra.
Kelima atau poin terakhir, kata dia, yaitu sudah ada negara yang melaporkan kenaikan kasus berat yang dirawat di rumah sakit. Di samping itu, dia menyebut walaupun varian Omicron BA.4 dan BA.5 ini secara umum lebih ringan, tetapi masyarakat yang akhirnya masuk rumah sakit harus terjamin perawatannya.
"Kita juga belum sepenuhnya tahu tentang ada tidaknya dampak jangka panjang pada ribuan orang yang di bulan Juni ini sudah tertular COVID-19," tambah Tjandra.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri