tirto.id - Pemerintah akan melakukan penyesuaian seperlunya menghadapi perlambatan ekonomi Cina. Menteri Keuangan, Sri Mulyani memastikan perlambatan ekonomi yang dialami Cina tak semata-mata menyebabkan penurunan permintaan.
Menurut Sri Mulyani, Cina akan tetap menjaga permintaan domestiknya.
“Kalau RRT [Cina] melambat [ekonominya] tidak berarti permintaan barang-jasa ke kita turun. Akan kami antisipasi,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kementerian Keuangan pada Selasa (29/1).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa saat ini Cina tengah melakukan penyesuaian terkait ukuran ekonomi mereka. Pasalnya, sebagai pemilik ukuran ekonomi terbesar setelah Amerika, kata Sri Mulyani, Cina ingin melakukan pembenahan pada investasi dan ekspor sehingga berfokus pada kebutuhan domestiknya saja.
Dalam prosesnya, Sri Mulyani memaklumi bila konsekuensi dari langkah itu menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina. Sebab pada sisi investasi, ia menilai sudah sewajarnya Cina melakukan pengurangan karena saat ini telah mencapai batas kapasitas yang bisa diterima.
Kendati langkah Cina dapat ditanggapi sebagai pengaruh eksternal, Sri Mulyani memastikan bahwa Indonesia tetap akan menjaga kinerja perekonomian. Baik pada sisi inflasi hingga konsumsi dan daya beli masyarakat.
“Dari sisi Indonesia kita harus tetap menjaga kinerja ekonomi kita walaupun suasana eksternal yang tidak pasti dan menurun tadi,” ucap Sri Mulyani.
Sebelumnya, IMF pada Desember 2018, memprediksi PDB Cina tumbuh hingga 6,6 persen tahun 2018, tetapi turun menjadi 6,2 persen di 2019. Padahal sebelumnya perkiraan IMF mencapai 6,4 persen di 2019.
Menurut IMF, perlambatan yang dialami Cina dipastikan berdampak ke seluruh dunia mengingat ukuran ekonomi Cina berada di posisi kedua terbesar setelah AS.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri