tirto.id - Pemerintah menargetkan laju inflasi pada tahun ini bisa kembali berada di sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada tahun ini. Adapun inflasi pada Januari 2023 tercatat masih sebesar 5,28 persen (year on year/yoy), atau sudah lebih rendah dibanding bulan Desember 2022 yang sebesar 5,51 persen (yoy)
Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi APINDO, Ajib Hamdani mengatakan, untuk mengejar target inflasi ke sasaran target, pemerintah harus lebih menggenjot pertumbuhan ekonomi yang agresif dan memperbaiki daya beli masyarakat. Dua hal itu perlu agar kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.
"Dengan adanya tantangan inflasi ini, pemerintah harus lebih menggenjot pertumbuhan ekonomi yang agresif," kata Ajib kepada Tirto, Selasa (21/2/2023).
Dia menuturkan inflasi yang sedang terjadi saat ini karena disebabkan oleh peningkatan nilai Harga Pokok Penjualan (HPP), atau cost push inflation. Hal ini terjadi karena dua faktor utama.
Pertama, efek kenaikan suku bunga acuan dari BI yang secara agresif terus memingkat. Kedua, supply chain yang sedang mengalami konstraksi dan belum efisien.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan, berbagai langkah strategis akan ditempuh dalam menurunkan angka inflasi. Pertama, memperkuat koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kedua, menjaga inflasi komponen Volatile Food (VF), utamanya pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) sehingga berada dalam kisaran 3,0 persen - 5,0 persen.
Ketiga, memperkuat ketahanan pangan domestik melalui akselerasi implementasi program lumbung pangan dan (perluasan kerja sama antardaerah. Keempat memperkuat ketersediaan data pangan untuk mendukung perumusan kebijakan pengendalian inflasi.
Kelima, memperkuat sinergi komunikasi untuk mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin