tirto.id - Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini, Kamis (21/12/2023).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, BI akan mempertahankan suku bunga acuannya lantaran melihat tingkat inflasi relatif terkendali.
"Prediksi saya dipertahankan karena alasan untuk menaikkan itu tidak ada, baik karena inflasi masih relatif terkendali, masih relatif rendah, untuk yang inflasi umum paling tidak," kata Faisal kepada Tirto.
Menurut Faisal, dorongan eksternal dari kebijakan The Fed terlihat masih belum berencana menaikkan tingkat suku bunga, jadi tidak ada acuan eksternal yang berpotensi menaikkan suku bunga.
"Sehingga tidak ada kekhawatiran terhadap volatilitas nilai tukar rupiah, jadi saya rasa BI tidak akan menaikkan suku bunga," ucap dia.
Dihubungi terpisah, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, juga senada mengatakan BI tidak akan menaikkan suku bunga di atas 6 persen. Hal ini lantaran inflasi masih terjaga dan adanya keyakinan capital inflow terjadi.
"Mengingat inflasi masih terjaga, nilai tukar masih level moderate dan masih ada keyakinan capital inflow terjadi," kata dia kepada Tirto.
"Namun yang paling krusial The Fed masih akan mempertahankan suku bunganya," tambah Tauhid.
Selain itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, kemungkinan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen meskipun sinyal suku bunga The Fed akan menurun pada awal tahun depan.
"Gejolak geopolitik ditambah konflik di Laut Merah menambah risiko yang harus dimitigasi dengan menahan bunga acuan," kata Bhima kepada Tirto.
Bhima menambahkan, BI perlu juga mengantisipasi tekanan rendahnya dana investasi asing di portofolio jelang pemilu pada Februari mendatang. Tercatat dalam 6 bulan terakhir nett sells dana asing di pasar saham mencapai Rp28,3 triliun.
Kemudian, pada kinerja ekspor juga masih terbilang belum begitu baik meski ada surplus dagang yang sifatnya semu sehingga mempengaruhi devisa untuk jaga stabilitas kurs.
Apabila BI mempertahankan suku bunga acuannya, menurut Bhima, rupiah bisa lebih stabil karena selisih imbal hasil US treasury dan SUN bisa dipersempit.
Diwartakan sebelumnya, BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 6 persen. Selain itu, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,25 persen persen dan suku bunga lending facility di 6,75 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan tersebut konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen pada sisa 2023 dan 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang