Menuju konten utama
Pertumbuhan Ekonomi

Ekonom Prediksi BI Naikkan Suku Bunga Bila Inflasi Inti Tembus 3%

Ekonom memprediksi Bank Indonesia baru akan menaikkan suku bunga ketika inflasi inti sudah menyentuh level 3 persen.

Ekonom Prediksi BI Naikkan Suku Bunga Bila Inflasi Inti Tembus 3%
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anton Hendranata memperkirakan, Bank Indonesia (BI) baru akan menaikkan suku bunga ketika inflasi inti sudah menyentuh level 3 persen. Adapun per Juli 2022, inflasi inti masih tercatat 2,86 persen (year on year/yoy).

“Perlu dipertimbangkan juga inflasi intinya, kalau misalnya mendekati 3 persen, maka suka atau tidak suka rasanya BI harus merespons kenaikan suku bunga acuan," ujarnya dalam Taklimat Media, di Jakarta, Senin (8/8/2022).

Selain itu, yang juga jadi pertimbangan untuk BI menaikkan suku bunga adalah semakin mengecilnya gap interest rate differential antara suku bunga BI dan Bank Sentral AS atau The Fed. Saat ini, suku bunga BI di 3,5 persen, sementara suku bunga The Fed di 2,25 persen-2,5 persen.

Dia mengatakan, gap yang semakin menipis itu membuat nilai tukar rupiah melemah. Seperti diketahui, kenaikan suku bunga di negara-negara maju berpotensi membuat para pemilik dolar AS lebih memilih menyimpan dananya di bank luar negeri, ketimbang di Indonesia.

Menurutnya, saat ini memang kurs rupiah masih 'manageable' di bawah Rp15.000 per dolar AS, namun jika gap interest rate BI dan The Fed semakin menipis, maka akan semakin memberi tekanan pada rupiah.

"Ini bisa menambah tekanan depresiasi rupiah secara persistent dalam beberapa periode yang akan datang. Saya kira ini perlu diperhatikan dengan baik," ucapnya.

Dia mengatakan, jika pada akhirnya BI menaikkan suku bunga acuan karena dorongan sejumlah faktor itu menjadi merupakan kebijakan yang wajar. Dia bahkan menilai, langkah BI menaikkan suku bunga sudah tentu bukan untuk mengorbankan kinerja positif pertumbuhan ekonomi RI.

"Saya pikir wajar-wajar saja kalau seandainya BI terpaksa harus menaikkan subung acuannya, itu bukan berarti mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang sudah semakin baik, karena di globalnya pun (kenaikan suku bunga) jauh lebih agresif," jelas dia.

Selain itu, kata dia, kenaikan suku bunga BI juga tak perlu dikhawatirkan berlebihan dampaknya terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Menurutnya, pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan kredit relatif kecil.

"Variabel yang paling sensitif memengaruhi pertumbuhan kredit adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat, suku bunga ada pengaruhnya tapi relatif kecil," tutup Anton.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz