tirto.id - Ekonom Faisal Basri mengatakan pemerintah perlu memperluas pasar ekspor ketimbang memunculkan rencana untuk mengerem laju impor terhadap 900 komoditas dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan.
Faisal pun lantas menyoroti produksi otomotif dalam negeri yang menghasilkan produk tidak terpakai (idle) hingga hampir 1 juta unit. Dalam setahun, produksi mobil di dalam negeri tercatat mencapai 2,2 juta unit.
“Nggak bakal menang kita kalau defensif terus. Strateginya harus ofensif. Untuk di otomotif, terkait satu jutanya yang masih idle, harus didorong [ekspornya]. Tidak malah menunggu pabrik baru, kasih insentif macam-macam,” ungkap Faisal di kawasan Menteng, Jakarta pada Rabu (29/8/2018).
Lebih lanjut, Faisal menilai industri otomotif Indonesia memiliki peluang untuk mengekspor kendaraan ke kawasan Afrika atau Asia Selatan. Ia tak menampik apabila ekspor ke pasar nonkonvensional relatif sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, Faisal melihat adanya potensi barter produk yang dapat dilakukan.
Adapun Faisal mengatakan pemerintah harus meningkatkan pertumbuhan pada sektor manufaktur yang bisa menghasilkan produk untuk diekspor. Ia pun mengklaim bahwa pertumbuhan di sektor jasa selama ini masih jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada industri manufaktur.
“Industri-industri kita yang berbasis sumber daya alam malah jeblok. Yang tidak ada potensi sumber daya alam malah berkembang. Menurut saya, ujung tombaknya paling tidak industri yang punya basis keunggulan di sumber daya alam,” jelas Faisal.
Masih dalam kesempatan yang sama, Faisal juga meminta agar para duta besar Indonesia di berbagai negara ikut berperan dalam mendorong ekspor Indonesia ke pasar-pasar baru. Faisal menilai sudah seharusnya para duta besar menjadi ujung tombak pemerintah untuk memperluas pasar ekspor.
“Presiden Jokowi saat menugaskan [duta besar], seharusnya mengingatkan lagi tentang itu,” kata Faisal.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora