tirto.id - Pemerintah Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte terus mengerahkan angkatan darat dan pesawat pembomnya untuk menyerang militan Maute yang berafiliasi kepada ISIS, di bagian selatan negeri itu sejak Sabtu (26/11/2016) lalu.
Selama tiga hari ini, 35 gerilyawan dinyatakan tewas, kata tentara.
Sejumlah pesawat OV-10B buatan Amerika Serikat terbang dan menjatuhkan bom dengan sasaran kelompok bersenjata Maute, yang menguasai balai kota di Provinsi Lanao, kata juru bicara militer Mayor Filemon Tan.
"Hingga siang ini, masih ada pertempuran besar di daerah tersebut. Tentara kami masih melakukan pembersihan terhadap gerilyawan," kata Tan dengan menambahkan bahwa 13 tentara terluka dalam serangan sejak Sabtu tersebut.
Akibat serangan ini, ribuan warga di Lanao dikabarkan melarikan diri bersamaan dengan kedatangan tentara darat, yang membawa senjata berat dan kendaraan lapis baja untuk mengusir gerilyawan dari balai kota.
Sejumlah pesawat, yang dibeli dari Italia dan Amerika Serikat, juga dikerahkan untuk membantu gerakan tersebut.
Pemerintah menuding kelompok Maute atas serangan bom di sebuah pasar tradisional pada 2 September lalu di Davao, kota kelahiran Presiden Rodrigo Duterte, yang menewaskan 14 orang dan melukai puluhan lagi.
Sejumlah orang diduga anggota Maute ditangkap pada bulan lalu, kata kementerian pertahanan setempat. Selain itu, mereka juga menemukan beberapa video pendek berisi penyataan sumpah setia anggota Maute kepada IS.
Duterte dalam beberapa waktu belakangan berulang kali menyatakan kemungkinan Filipina dijadikan markas baru IS, yang kalah di Irak dan Suriah. Dia menegaskan negaranya harus menghindari "pencemaran" IS, sebagaimana Malaysia dan Indonesia.
Tan menjelaskan bahwa pihak militer berupaya mempersempit area pertempuran agar tidak menyebar ke area lain di sekitar Mindanao.
"Pertempuran besar masih terjadi, namun kami berharap bisa mengalahkan Maute dengan segera," kata dia.
Secara terpisah, kepolisian menjinakkan bom rakitan di tempat sampah dekat Kedutaan Amerika Serikat di Manila pada Senin. Mereka menuding Maute bertanggung jawab karena jenis bom itu sama dengan yang digunakan dalam serangan di Davao.
Sumber: diolah dari Antara
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH