tirto.id - Juru masak terkenal, Alain Ducasse suatu ketika pernah berujar, "Di seluruh dunia, selalu ada ketegangan. Entah itu soal ekonomi, politik, juga agama. Jadi jelas, kita butuh cokelat."
Ducasse memang benar. Cokelat dikenal punya banyak manfaat baik. Ia dapat memberi efek menenangkan, mengusir amarah, menurunkan tekanan darah, dan melindungi jantung. Di samping itu, cokelat juga punya peran untuk membantu melindungi kerja otak. Jenis makanan ini mampu mencegah demensia. Hal itu disiratkan dalam artikel "Enhancing Human Cognition with Cocoa Flavonoids". Tulisan itu menyebutkan bahwa cokelat punya kandungan yang mampu memengaruhi fungsi neurokognitif karena memiliki kandungan flavonoids (senyawa yang terdapat dalam beberapa jenis tumbuhan dan tanaman)
Selain memiliki dampak baik pada manusia berusia lanjut, konsumsi cokelat dengan kandungan flavanol juga punya efek pada mereka yang masih ada di rentang usia dewasa muda. “Konsumsi 172mg cokelat selama lima hari berturut-turut dapat membantu peningkatan kadar oksigen dalam darah dan membantu kelancaran sejumlah bagian otak yang merespons gerak tubuh tanpa memberikan efek terhadap perilaku."
Baca juga: Makan Cokelat tanpa Rasa Bersalah
Ketika otak sudah terkena dampak baik flavanol, hal lain yang juga bisa terjadi adalah peningkatan kecerdasan. The New England Journal of Medicine menerbitkan artikel berjudul "Chocolate Consumption, Cognitive Function, and Nobel Laureates". Penelitian tersebut melibatkan negara-negara seperti Skandinavia, Austria, Inggris, Jerman, dan Perancis. Di salah satu paragrafnya tertulis, “terdapat korelasi signifikan antara konsumsi cokelat per kapita dengan jumlah penerima Nobel per 10 juta orang di 23 negara. Peningkatan grafik tersebut membuat kami bisa mengestimasikan bahwa dibutuhkan 0,4kg cokelat per kapita per tahun untuk menambah nominasi penerima Nobel di sebuah negara.”
Tapi tak semua cokelat punya manfaat seperti itu. Dalam The Healing Powers of Chocolate, Cal Orey mengungkapkan bahwa cokelat yang menghasilkan manfaat kesehatan bagi tubuh ialah cokelat dengan kandungan bubuk kakao tinggi misalnya 65% kakao. “Tingginya kadar kakao biasanya menyiratkan rasa yang asam dan kuat. Butuh waktu untuk bisa menerima rasa dari jenis cokelat ini. Tetapi saat seseorang sudah terbiasa dengan rasa cokelat tersebut, akan sulit bila harus kembali menyantap milk chocolate yang tersebar di pasaran,” tulis Cal.
Menurut Cal setidaknya ada empat jenis cokelat. Pertama, mass market chocolate. Cokelat ini dibuat dengan sedikit bubuk kakao dan lebih banyak menggunakan perisa artifisial. Penggunaan cocoa butter diganti dengan minyak nabati demi menghemat ongkos produksi. Kedua, mass market premium chocolate. Dalam cokelat tersebut masih ada penggunaan perisa tetapi lemak yang ada dalam cokelat sudah mulai dikurangi. Ketiga, gourmet chocolate. Di cokelat jenis ini, penggunaan perisa artifisial dihilangkan. Terakhir, prestige chocolate. Di sini, cocoa butter menjadi bahan yang dominan di dalam cokelat.
Baca juga: Indonesia Coba Tembus Pasar Cokelat Austria
Semakin tinggi tingkatan cokelat, pertimbangan terhadap kualitas bahan dasar cokelat akan semakin kuat. Salah satu jenis cokelat yang digunakan ialah single origin cocoa, sebutan bagi cokelat yang terbuat dari biji cokelat yang tumbuh di satu daerah tertentu.
Salah satu lini cokelat yang menggunakan jenis single origin cocoa ialah Debauve et Gallais. Lini asal Prancis ini lahir pada tahun 1800. Hingga kini cokelat tersebut masih diproduksi. Salah satu biji kakao single origin yang mereka gunakan berasal dari Pulau Jawa.
Merek cokelat kelas atas asal Prancis itu bukan jadi lini cokelat mewah satu-satunya yang menggunakan cokelat dari Indonesia. Felchin, lini cokelat premium asal Swiss yang berdiri sejak tahun 1923 juga menggunakan biji kakao dari Jember, Jawa Timur. Pemilik Felchin menggunakan biji single origin untuk koleksi cokelat premium yang bernama Grand Cru Couverture. Couverture ialah jenis cokelat yang dibuat dengan campuran cocoa mass dan cocoa butter.
Baca juga:Cinta dalam Seporsi Makanan Beku
Di Indonesia, single origin cokelat couverture bisa didapatkan di sejumlah supermarket sejak tahun 2014. Salah satu produsennya ialah Pipiltin Cocoa. “Saat itu saya melihat belum ada yang menjual cokelat single origin di supermarket. Rasanya sulit memasarkan produk cokelat untuk masyarakat di Indonesia. Kita tidak pernah punya kebiasaan mengonsumsi cokelat apalagi cokelat single origin. Saat itu sampai sekarang metode yang kami gunakan untuk memasarkan produk ialah dengan cara sampling ke konsumen. Perlahan kami mencapai angka penjualan yang cukup baik,” kata Tissa Aunila, pemilik Pipiltin Cocoa.
Tissa hendak memperkenalkan ragam rasa cokelat Indonesia. Sejauh ini ia membuat varian cokelat yang berasal dari Aceh, Bali, dan Flores. Ketiga cokelat tersebut memiliki karakter rasa yang berbeda. Cokelat Aceh kental dengan jejak rasa aroma asap. Cokelat Bali terasa sedikit pahit. Cokelat Flores dominan dengan rasa asam. Sebagai negara produsen cokelat terbesar ketiga di dunia, Tissa percaya cokelat Indonesia masih punya potensi untuk dieksplorasi lebih dalam baik dari segi rasa maupun manfaatnya.
Ke depan, tren cokelat premium masih akan meningkat. Perusahaan agrikultur Cargill, menyebut ke depan, ada beberapa tren yang akan muncul pada industri cokelat. Pertama, tren cokelat premium, termasuk cokelat artisanal. Salah satu pertandanya, saat Nestle mengeluarkan produk cokelat premium dengan merek Les Recettes de l’Atelier. Tren kedua adalah: cokelat sehat. Hal ini jelas berkaitan dengan cokelat premium, yang diklaim lebih sehat karena punya bubuk kakao yang lebih banyak.
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono