Menuju konten utama

Indonesia Coba Tembus Pasar Coklat Austria

Besarnya potensi pangsa pasar coklat di Austria membuat Indonesia berusaha memperluas penetrasi pasar coklat di negara tersebut, salah satunya adalah dengan menggelar acara Indonesian Chocolate Tasting di Hotel Grand Sacher, Wina.

Indonesia Coba Tembus Pasar Coklat Austria
Sejumlah anak membuat kreasi coklat. ANTARA FOTO/Teresia May

tirto.id - Besarnya potensi pangsa pasar coklat di Austria membuat Indonesia berusaha memperluas penetrasi pasar coklat di negara tersebut, salah satunya adalah dengan menggelar acara Indonesian Chocolate Tasting di Hotel Grand Sacher, Wina, pada hari Jumat (12/2/2016).

Acara yang digagas oleh KBRI/PTRI Wina tersebut bertujuan untuk mempromosikan kualitas produk coklat tanah air dan produk olahannya kepada kalangan Industri di Austria, sehingga diharapkan dapat meningkatkan perdagangan antara Indonesia dengan Austria, demikian disampaikan oleh Minister Counsellor KBRI/PTRI Wina, Dody Kusumonegoro pada hari Jumat.

Austria merupakan negara konsumen cokelat terbesar ketiga di dunia dengan jumlah konsumsi 7,8 kg per kapita pertahun. Konsumsi cokelat masyarakat Austria diperkirakan terus meningkat seiring dengan tuntutan akan produk coklat berkualitas tinggi, premium dan memiliki rasa yang unik.

Dalam acara yang dihadiri oleh Dubes RI untuk Republik Austria, Rachmat Budiman, serta lebih dari 45 undangan dari berbagai kalangan, khususnya yang bergerak di bidang industri makanan, dua pengusaha dari Indonesia, Serlly Tedjoprawiro dan Tissa Aunilla, memberikan presentasi singkat mengenai industri cokelat dan proses pengolahan biji kakao di Indonesia.

Serlly Tedjoprawiro merupakan pemilik Teja Sekawan Cocoa Industries, perusahaan pengekspor produk olahan biji kakao berbasis di Surabaya. Sementara Tissa Aunilla adalah pemilik Pipiltin Cocoa, produsen cokelat sekaligus pemilik toko Pipiltin Cocoa yang berbasis di Jakarta.

Para undangan, yang berasal dari berbagai kalangan seperti food distributor, produser cokelat, dan pengamat kuliner, memuji kualitas dan rasa cokelat yang direpresentasikan, khususnya produk olahan biji kakao Bali dan Flores yang memiliki cita rasa unik.

Salah seorang peserta, Martin Juric, dari Pommax Trading, sebuah perusahaan dan food distributor cokelat, menyampaikan minatnya akan produk cokelat Pipiltin Cocoa yang diolah dengan kelapa dan memuji kemasan cokelat yang dinilainya sangat bagus. Ia juga menyarankan agar pengusaha cokelat Indonesia dapat melakukan disain khusus yang lebih personal mengakomodir kebutuhan pesanan dari perusahaan atau individu dalam penyajian cokelat untuk momen tertentu.

Indonesia sendiri merupakan negara produsen cokelat terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Pada bulan Desember 2015, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa Pemerintah telah menargetkan Indonesia untuk menjadi produsen kakao terbesar di dunia pada tahun 2020.

Jusuf Kalla mengatakan untuk mencapai target itu, pemerintah akan mengoptimalkan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Nasional dan Mutu Kakao (Gernas Kakao). “Potensi luasan tanaman kakao kita memang luas dari negara lain, namun hasil produksi kakao masih sedikit. Produktivitas kakao Indonesia rata-rata hanya sekitar 400-500 kilogram per hektare (ha), sementara negara lainnya seperti Pantai Gading dan Ghana produktivitasnya di atas 500 kilogram per ha.”

Baca juga artikel terkait AUSTRIA atau tulisan lainnya

Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara