tirto.id - Duel Liverpool vs Atletico Madrid dalam babak 16 besar Liga Champions 2019/2020 pada Kamis (12/3/2020) silam barangkali seharusnya tidak digelar. Ditengarai, ada sejumlah kasus virus Corona COVID-19 yang bermula dari laga di Stadion Anfield tersebut.
"Bukan keputusan tepat menggelar pertandingan itu. Banyak orang secara tidak sengaja membuat keputusan yang buruk. Mungkin keseriusan dari situasi ini tidak dipahami oleh pemerintah ketika itu," beber Matthew Ashton, Direktur Dewan Kesehatan Kota Liverpool, dilansir The Guardian, Kamis (2/4/2020).
Matthew Ashton mengkhawatirkan kondisi Kota Liverpool saat ini. Jumlah kasus yang berhubungan dengan virus Corona terus meningkat dan diduga bermula dari pertandingan tersebut.
"Meskipun kita tidak akan pernah tahu, duel melawan Atletico Madrid bisa menjadi semacam even budaya dan laga yang mempengaruhi kebangkitan Liverpool," tutur Matthew Ashton.
"Pertandingan ini bisa masuk dalam daftar yang patut dipelajari dan demi penelitian di masa depan sehingga otoritas terkait perlu belajar agar tidak membuat kesalahan yang sama," lanjutnya.
Menurut catatan Soccerway, laga Liverpool vs Atletico Madrid disaksikan setidaknya oleh 52.267 penonton, termasuk suporter tim tamu berjumlah sekitar 3 ribu orang turut hadir di Anfield.
Laga itu berakhir dengan kemenangan untuk Los Colchoneros melalui skor 2-3.
Liverpool unggul dua gol melalui Georginio Wijnaldum dan Roberto Firmino. Namun, tim tamu membalas tiga kali lewat brace Marcos Llorente dan sebiji gol Alvaro Morata.
Dengan hasil ini, Liverpool sebagai juara bertahan Liga Champions gagal lolos ke perempat final karena kalah dari Atletico Madrid dengan agregat gol 2-4.
Risiko Bawaan dari Spanyol
Saat digelarnya pertandingan di Anfield tersebut, di Kota Liverpool baru ada enam kasus yang terkonfirmasi terjangkit COVID-19.
Di sisi lain, Madrid sudah menjadi salah satu pusat persebaran virus Corona di Spanyol. Pihak LaLiga sebelumnya merekomendasikan agar semua laga harus digelar tanpa penonton. Namun belum demikian di Inggris.
John Ashton, mantan direktur kesehatan di Inggris yang juga ayah Matthew Ashton, menilai digelarnya laga yang disaksikan oleh pendukung tim tamu dari Spanyol merupakan tindakan yang kurang tepat.
"Memboyong 3 ribu suporter dari wilayah dengan kejadian sangat tinggi pada dasarnya adalah salah. Pandangan yang menyatakan bahwa acara terbuka itu tidak menimbulkan ancaman terlalu sederhana," tutur John Ashton.
"Saya berharap saya yang salah, tapi saya percaya jika orang-orang [yang menyaksikan pertandingan] berada dalam kondisi bahaya sejak malam itu," imbuhnya.
Sebagai perbandingan, Spanyol saat ini merupakan negara di Eropa yang paling banyak terdapat kasus COVID-19, lebih besar dari Italia meskipun bukan dalam hal jumlah angka kematian.
Menurut data terbaru per Sabtu (4/4/2020) pukul 17.00 WIB, di Spanyol terdapat 124.736 kasus COVID-19 dengan angka kematian mencapai 11.744 orang, dan 34.219 orang dinyatakan sembuh.
Sementara Inggris yang termasuk seluruh wilayah Britania Raya, dalam update waktu yang sama, tercatat 38.690 kasus COVID-19, 3.605 orang meninggal dunia, dan 209 orang sehat kembali.
Penulis: Beni Jo
Editor: Iswara N Raditya