Menuju konten utama

Doa Ziarah Kubur yang Shahih & Tata Cara Ziarah Kubur Idul Fitri

Doa ziarah kubur dan tata cara ziarah kubur orang tua pada saat idul fitri (lebaran 2022).

Doa Ziarah Kubur yang Shahih & Tata Cara Ziarah Kubur Idul Fitri
Warga berziarah di makam kerabatnya di TPU Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/3/2022). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.

tirto.id - Ziarah kubur hukumnya diperbolehkan, baik untuk umat Islam laki-laki maupun untuk perempuan. Manfaat ziarah kubur di antaranya adalah mengingatkan kembali betapa dekatnya kematian sekaligus memintakan ampunan bagi ahli kubur. Bagaimana tata cara ziarah kubur saat Idul fitri yang umum dilakukan di Indonesia?

Ziarah kubur awalnya dilarang pada masa-masa awal Islam karena dahulu dalam tradisi Arab ziarah sering digunakan untuk mengultuskan seseorang dan praktik menyekutukan Allah. Selain itu, ada pula peziarah yang berteriak, memukul-mukul badan, dan menangis berlebihan.

Namun, larangan itu dicabut setelah Islam memiliki fondasi yang kuat. Nabi Muhammad saw. justru menganjurkan ziarah sebagai upaya agar tidak terjebak pada dunia dan mengingat mati.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mas'ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Aku telah melarang kalian dari ziarah kuburan, sekarang berziarahlah. Karena ia dapat menjadikan zuhud di dunia dan ingat dengan akhirat." (H.R. Ibnu Majah)

Dalam riwayat lain, Abu Hurairah mengisahkan bahwa Rasulullah saw. datang ke kuburan ibu beliau, kemudian beliau menangi, dan orang-orang yang ada di sekitar beliau juga menangis.

Rasulullah kemudian bersabda, "Sesungguhnya aku telah meminta izin kepada Tuhanku Ta'ala untuk memintakan ampunan baginya (ibu Nabi, namun aku tidak diperkenankan. Lalu aku meminta izin untuk mengunjungi kuburannya, lalu aku Dia memberiku izin. Maka ziarahilah kubur, karena sesungguhnya kuburan tersebut akan mengingatkanmu kepada kematian." (H.R. Abu Dawud)

Ziarah kubur dapat dilakukan setiap waktu, tidak mesti menunggu momentum tertentu. Ziarah kubur menjelang Ramadhan, menjelang lebaran, atau saat hari raya Idul Fitri, adalah bagian dari tradisi.

Dengan ziarah kubur pada waktu-waktu tertentu, selain dapat mengingatkan seseorang pada kematian, manfaat lain adalah mendoakan ahli kubur. Selain itu, melalui ziarah, kerabat atau keluarga ahli kubur dapat secara teratur merawat makam ahli kubur.

Dalam "Anjuran Melaksanakan Ziarah Kubur" (NU Online), M. Ali Zainal Abidin mengutip pendapat Imam Al-Ghazali di Ihya' Ulumuddin bahwa "ziarah kubur disunnahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang shalih disunnahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran."

Tata Cara Ziarah Kubur

Dalam "Hukum dan Tuntunan Ziarah Kubur" yang tercantum dalam laman Muhammadiyah, diterangkan terdapat adab atau tata cara ketika seseorang melakukan ziarah kubur sebagai berikut.

Pertama, meluruskan niat berziarah. Tujuan berziarah adalah mendoakan ahli kubur dan mengingat betapa dekatnya manusia dengan kematian. Tidak ada tujuan-tujuan lain yang disertakan, terutama jika berkaitan dengan hal berbau syirik.

Kedua, mengucapkan salam kepada semua ahli kubur ketika memasuki area pemakaman. Diriwayatkan dari jalur Aisyah, bahwa Rasulullah saw. pada tiap malam gilirannya, pergi ke (pemakaman) Baqi’ pada akhir malam.

Nabi mengucapkan, “Assalamu’alaikum dara qaumin mukminin wa atakum ma tu‘aduna ghadan muajjalun, wa inna insya Allahu bikum lahiqun. Allahummaghfir li ahli Baqi’il Gharqad” (Semoga keselamatan bagi kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman, dan akan datang apa yang dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya kami, dengan izin Allah akan menyusul kamu sekalian. Yaa Allah ampunilah penghuni Baqi’ al-Gharqad.”

Ketiga, jika memungkinkan ketika sampai di makam ahli kubur yang dituju, menghadap kiblat. Diriwayatkan, "Menilik hadis Bara’ bahwasanya Rasulullah saw. duduk menghadap kiblat ketika pergi berziarah kubur” (H.R. Abu Dawud)

Keempat, tidak menduduki kuburan. Ini merujuk riwayat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh seseorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya hingga tembus ke kulitnya, itu lebih baik baginya dari pada duduk di atas kuburan.” (H.R. Muslim)

Kelima, mendoakan ahli kubur, tidak hanya khusus ahli kubur yang dikunjungi makamnya saja.

Keenam, menyiram air di atas puasa kuburan, dengan merujuk riwayat bahwa Nabi Muhammas saw. SAW menyiram air di atas kubur Ibrahim, sang putra, dan meletakkan kerikil di atasnya." (H.R. Abu Daud).

Doa Ziarah Kubur

Dalam Kitab Al-Adzkar, Imam Nawawi menyebutkan orang yang ziarah kubur disunnahkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa untuk ahli kubur yang dituju, juga semua kaum muslim yang sudah meninggal. Disunnahkan pula untuk memperbanyak ziarah dan berhenti di dekat kuburan orang-orang saleh.

Dalam Kitab Al-Adzkar, Imam Nawawi meriwayatkan dari kitab Sunan Abu Daud, Sunan Nasai, dan Sunan Ibnu Majah melalui Abu Hurairah, yang menceritakan bahwa Rasululah saw. ketika menuju kuburan mengucapkan doa di bawah ini (sanadnya sahih).

السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنينَ وَأتاكُمْ ما تُوعَدُونَ غَداً مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ

Assalamu'alaìkum dara qaumìn mu'mìnîn, wa ìnna ìnsya-Allahu bìkum lahìqun.

Artinya, "Semoga keselamatan terlimpah kepada kalian, wahai penghuni kuburan dari kaum mukmin, dan insyaAllah kami akan menyusul kalian."

Terdapat pula doa yang disampaikan Rasulullah saw. kepada ahli kubur di pemakanan Baqi sebagai berikut.

السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنينَ وَأتاكُمْ ما تُوعَدُونَ غَداً مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ

Assalamu'alaìkum dara qaumìn mu'mìnîn wa atakum ma tu'adun ghadan mu'ajjalun, wa ìnna ìnsya-Allahu bìkum lahìqun.

Artinya, "Semoga keselamatan terlimpah untuk kalian, wahai kaum mukmin yang menghuni rumah (pekuburan) ini. Akan datang kepada kalian apa yang dijanjikan kepada kalian besok dengan segera; dan sesungguhnya kami, insya Allah, pasti menyusul kalian."

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya