Menuju konten utama

Djarot Ingin Birokrasi Pemerintahan yang Bersih Korupsi

Perubahan berawal dari pembenahan birokrasi

Djarot Ingin Birokrasi Pemerintahan yang Bersih Korupsi
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat (kedua kanan) berfoto dengan warga ketika akan menyantap masakan yang dibuat warga saat mengunjungi Kelurahan Karet, Setiabudi, Jakarta, Selasa (17/1). Djarot menyampaikan visi misinya secara langsung kepada warga dengan blusukan serta mendengarkan keluhan warga. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./aww/17.

tirto.id - Calon wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat ingin menciptakan birokrasi pemerintahan yang bebas dari korupsi dan pungutan liar. Keinginan ini menurut Djarot merupakan bagian dari visi misi pemerintahannya. "Kami akan membangun bagaimana birokrasi itu yang bersih tidak pungli, tidak melakukan korupsi dan betul-betul melayani dengan sepenuh hati," kata Djarot di sela-sela blusukan di Jalan Pengadegan Barat XIII Kelurahan Pengadegan, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (26/01/2017).

Dia mengatakan birokrasi yang bersih akan mendukung penataan kota dan percepatan pembangunan Jakarta. "Penataan kota dan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekonomi itu tergantung dari birokrasinya ini, birokrasi itu kan juga agen perubahan, dia motor, dia representasi dari pemerintah dan negara jadi kita fokus dulu untuk birokrasinya," kata dia.

Oleh karena itu, Djarot akan terus berupaya membawa perubahan positif kepada birokrasi yang bebas dari korupsi dan praktik pungutan liar dan mengutamakan pelayanan terbaik bagi masyarakat. "Kalau ingin perubahan, ubah dulu birokrasinya," kata Djarot.

Dia mengatakan ketika blusukan, dia bertanya kepada warga untuk memastikan ada tidaknya praktik pungutan liar di lapangan. "Mereka (warga) mengatakan tidak (ada pungutan liar) bahkan yang paling bangga senang itu mereka sampaikan bahkan uang pun itu mereka (aparatur pemerintah) tidak mau," kata Djarot.

Djarot menuturkan tidak adanya pungutan liar menunjukkan adanya perubahan pola pikir yang bagus di sektor pelayanan publik atau birokrasi. "Saya bilang jangan diberi uang, dengan ucapan terima kasih saja mereka sudah senang, karena apa? Karena mereka sudah digaji tinggi mereka sudah dibayar dengan cukup tinggi. Itu luar biasa, dikasih duit enggak mau. Bukan satu dua kali saya temukan seperti itu banyak orang mengatakan dikasih duit ucapan terima kasih enggak mau Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, itu berapa pun enggak mau," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari antara

tirto.id - Politik
Reporter: antara
Penulis: antara
Editor: Jay Akbar