tirto.id - Kelompok Abu Sayyaf diduga kembali menyandera warga negara Indonesia (WNI). Hal itu diketahui usai sebuah video beredar di media sosial terkait penyanderaan tersebut.
Video itu dikirim dari perairan Pulau Gaya di Semporna pada 11 September 2018. Dalam video terlihat seseorang pria sedang ditodong dengan senjata api.
Pria itu diidentifikasi bernama Samsul Sangunim. Terlihat pria itu dikelilingi oleh beberapa prajurit sembari di todong senjata.
Ia didudukkan di dalam lubang yang digali. Kemudian sambil menangis, pria itu memohon bantuan.
“Tolong saya bos, tolong saya bos, tolong,” ucap Samsul dalam video itu.
Dilansir dari Star Online, video itu dikirim ke pemilik kapal ikan tempat Samsul bekerja. Video itu digunakan kelompok orang-orang bersenjata itu bisa meminta uang tebusan sebagai alat tukar pembebasan Samsul.
Samsul diculik bersama dengan anggota awak nelayan Indonesia lainnya, Usman Yusof (30) ketika berada di perairan Pulau Gaya di Semporna. Tetapi Usman berhasil melarikan diri pada 5 Desember 2018 dan kembali ke keluarganya.
Samsul masih ditahan bersama dengan tiga korban penculikan lainnya, seorang Malaysia dan dua orang dari Indonesia yang ditangkap dari kapal penangkap ikan di perairan yang dekat dengan pulau Tawi Tawi di Filipina.
Dari informasi media-media di Filipina, sebagian besar negosiasi untuk para sandera dilakukan secara langsung dengan keluarga atau pemilik kapal.
Dilansir dari Antara, kelompok Abu Sayyaf menuntut 4 juta peso (sekitar Rp2,9 miliar) untuk pembebasan Usman dan Samsul.
Para korban penculikan diyakini ditahan di bawah kuasa Hatib Sawadjan dan komandannya Indang Susukan.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia sudah memulangkan tiga warga negara Indonesia pada 15 September 2018. Ketiga warga itu bekerja di sebuah kapal Malaysia. Mereka ditangkap di perairan pulau Sabah pada Januari 2017.
Duta Besar RI di Malaysia Rusdi Kirana telah meminta agar perusahaan para nelayan bekerja itu turut bertanggung jawab dan membantu pembebasan. Menurutnya, hal ini akan menjadi pelajaran yang besar untuk Indonesia dan Malaysia agar meningkatkan keamanan.
Penulis: Febriansyah
Editor: Yantina Debora