tirto.id - Pemerintah akan merombak direksi sejumlah BUMN. Langkah ini menyusul penghentian sementara puluhan proyek infrastruktur layang sejak 20 Februari 2018. Penghentian itu bukan hanya untuk mengevaluasi pengerjaan konstruksi tapi juga kinerja direksi sejumlah BUMN pelaksana proyek.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan, Kementerian BUMN, Ahmad Bambang menyatakan evaluasi tersebut sudah dilakukan. Dia mengatakan proses evaluasi itu akan diikuti dengan perombakan direksi sejumlah BUMN.
Menurut dia, perombakan itu dilakukan agar direksi BUMN penggarap proyek-proyek infrastruktur bisa lebih bertanggung jawab.
"Kemarin sudah diumumkan agenda pelaksanaan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), karena sebagian adalah korporasi terbuka," ujar Ahmad di Kementerian PUPR Jakarta, pada Rabu (28/2/2018).
Salah satu BUMN yang akan mengalami perombakan direksi adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Sementara pada setengah tahun terakhir, tercatat ada tujuh kasus kecelakaan di proyek-proyek infrastruktur garapan Waskita.
Direktur Utama (Dirut) PT Waskita Karya, Muhammad Choliq mengatakan RUPS perusahaannya akan digelar pada 6 April 2018. Dia membenarkan akan ada perombakan direksi dalam RUPS itu.
Choliq juga mengaku sudah siap apabila dicopot dari posisinya sebagai Dirut Waskita.
"Iya enggak papa. Harus rela dong," kata dia. "Jabatan direksi itu jabatan amanah. Kalau yang memberi amanah sudah mencabut ya kenapa?"
Choliq mengakui perusahaannya lalai dalam memperhatikan faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan terlalu mengejar kecepatan penggarapan banyak proyek dengan dana secukupnya. Padahal, kapasitas produksi harus berimbang dengan manajemen K3.
"Jadi, hal teknik dalam K3 jadi agak terlupakan. Itulah yang perlu diingatkan. Sizenya (kapasitas produksi) makin tinggi, harusnya manajemen K3 lebih canggih," kata dia.
Dia juga mengakui kapasitas proyek garapan Waskita selama ini tumbuh pesat namun belum diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja yang cukup.
"Tahun lalu (nilai proyek) Rp45 triliun, sebelumnya Rp24 triliun. Naik 100 persen. Sedangkan tenaga kerja yang bertambah jauh di bawah itu. 3 tahun terakhir 10-20 persen (penambahan) tenaga kerjanya," kata dia.
Choliq melanjutkan, "Mungkin itu salah satu kesalahan Waskita Karya yang baru sadar setelah itu (kecelakaan) terjadi."
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom