Menuju konten utama

Diproyeksi Bias ke Atas, BI : Pertumbuhan Ekonomi 5,3%

"> "BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5 - 5,3 persen pada tahun ini."

Diproyeksi Bias ke Atas, BI : Pertumbuhan Ekonomi 5,3%
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendengarkan pertanyaan media dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (19/1/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5 - 5,3 persen pada tahun ini. Proyeksi pertumbuhan yang tetap kuat dan berpotensi lebih tinggi itu didorong kenaikan ekspor serta semakin membaiknya permintaan domestik khususnya konsumsi swasta.

"Pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Januari 2022 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).

Dia menuturkan kinerja ekspor berpotensi akan lebih tinggi dari prakiraan semula didorong oleh pengaruh positif perbaikan ekonomi China.

Sementara konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh tinggi dipengaruhi keyakinan pelaku ekonomi yang meningkat dan kenaikan mobilitas masyarakat pasca pencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Sejalan dengan itu, investasi dalam negeri juga masih membaik didorong perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2022 tercatat tinggi sebesar 5,01 persen (yoy) sehingga secara keseluruhan 2022 tercatat 5,31 persen (yoy). Angka ini jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70 persen (yoy).

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat pada 2022 terjadi di seluruh wilayah, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi- Maluku- Papua (Sulampua), diikuti Jawa, Bali- Nusa Tenggara (Balinusra), Kalimantan, dan Sumatera.

Di samping itu, Perry juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari prakiraan 2,3 persen sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi global yang berpotensi lebih baik tersebut sejalan dengan kebijakan ditempuh oleh Pemerintah China.

"Pertumbuhan ekonomi China berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat sejalan pembukaan ekonomi pasca penghapusan Zero Covid Policy," kata

Di sisi lain, perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi.

Baca juga artikel terkait EKBIS atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat