tirto.id - Namanya Lega Fadli. Usianya 21 tahun. Dan ia menjadi wakil ketua unit reaksi cepat (URC) ojek online (ojol) dari Komunitas Grab n Go Pospol Citra Gran Cibubur, Kota Bekasi.
Bersama ke-14 anggota tim URC lain di komunitas itu, Ega--panggilan akrab Lega--bertugas menangani korban kecelakaan lalu lintas, mengawal mobil ambulans dan mobil jenazah. Selain itu, mereka biasa membantu teman-teman ojol yang kehilangan motor sampai mengejar jambret.
Komunitas ojol yang memiliki tim URC ini tersebar di pelbagai kota. Sedikitnya ada 241 komunitas ojol yang tersebar di areal Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, dan Tangerang.
Menurut Ega, ratusan komunitas itu menawarkan dia dan teman-temannya bergabung ke grup WhatsApp mereka, tapi Ega membatasi diri bergabung ke 24 grup saja di satu wilayah di Bekasi.
Grup percakapan instan itu lintas komunitas tersebut sangat penting bagi tim URC membangun jaringan sosial dan komunikasi.
Misalnya, kabar pencurian sepeda motor ojol di Kota Wisata Cibubur pada siang hari. Kabar ini segera tersebar di grup lintas komunitas se-Jabodetabek. Sore harinya, tim URC Kampung Rambutan, Jakarta Timur, menemukan si pencuri dengan motor yang dicurinya. Mereka pun langsung "mengamankan" pencuri ke kantor polisi setempat.
Cerita lain saat tim URC yang diikuti Ega mengejar jambret. Korbannya seorang ibu. Grup WhatsApp lintas komunitas ojol ramai dengan kabar penjambretan itu. Tak sampai satu jam, si penjambret--para bocah tanggung--berhasil ditangkap oleh tim URC, yang lantas diserahkan ke polsek terdekat.
"HT polisi kalah cepat dari grup WhatsApp ojol," kata Ega, sesumbar, menirukan ucapan seorang polisi sebagai pembina komunitas ojol yang diikutinya.
Hendro Pentung, ketua URC Popsol Cibubur, mengatakan tim URC ojol berusaha mengurangi risiko kematian dari korban kecelakaan lalu lintas dengan memberikan bantuan pertolongan pertama secepat mungkin.
Anton Perden, koordinator Lapangan Keluarga Besar Grab Driver Semut Aspal dari wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, berkata grup WhatsApp lintas komunitas ojol sangat efektif dalam menyampaikan informasi soal kecelakaan lalu lintas, pengawalan mobil ambulans dan jenazah, dibandingkan informasi di media sosial.
Tak Cuma Komunitas URC Ojek Online
Kerja sosial membantu korban kecelakaan lalu lintas bukan hanya dilakukan komunitas URC ojol, tapi juga komunitas lain. Misalnya Indonesia Escorting Ambulance atau disebut IEA, yang dibentuk oleh Nova Widyatmoko pada 2017. Tujuannya, membantu ambulans yang terjebak macet saat mengevakuasi pasien ke rumah sakit.
Seiring waktu, IEA sudah terbentuk di lebih dari 50 koordinator wilayah dan daerah. Anggotanya beragam, dari mahasiswa, karyawan swasta, komunitas motor, sampai pekerja percetakan.
Wahyu Wahyudi, ketua Komunitas IEA Pontianak, mengatakan 30 anggotanya berasal dari komunitas bikers di Pontianak. Menurut dia, setiap pekan ada 15 ambulans dari kabupaten menuju rumah sakit di Kota Pontianak.
"Kalau pasien meninggal di tengah jalan, saya merasa gagal. Dan itu terjadi tiga kali selama terbentuk IEA Pontianak," ujar Wahyu dengan suara mengecil. Ia berharap warga Pontianak memprioritaskan perjalanan ambulans ke rumah sakit agar pasien bisa tertolong segera.
Ditya Wira, anggota IEA Jakarta Pusat, mengatakan ia menjadi relawan di komunitas ini dari pengalamannya tergabung dalam organisasi pengawalan ambulans di Surabaya. Ketika tiba di Jakarta, ia ingin melakukan hal serupa, lalu mengetahui IEA saat mencari tahu di Google.
"Ternyata antusias dari teman-teman bikers juga banyak," ujar Wahyu, yang pernah menjabat koordinator IEA Jakarta Utara.
IEA Jakarta Pusat kini memiliki 20 anggota setelah berdiri selama setahun. Mereka bermitra dengan PMI, polisi, Dinas Kesehatan DKI, dan pengemudi ambulans di pelbagai rumah sakit di Jakarta seperti RSUD Kemayoran, Puskesmas Senen, RSUD Matraman, dan RS Premier Jatinegara.
Pentingnya Solidaritas Membantu Kecelakaan Lalu Lintas
Setiap usaha membantu kecelakaan lalu lintas itu penting, mengingat setiap negara dan setiap kota menghadapi problem kecelakaan lalu lintas.
Di Jabodetabek, misalnya, jumlah kecelakaan lalu lintas mencapai 5.140 kasus pada 2017 dan 5.400 kasus pada 2018.
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat ada 524 orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas selama periode Januari-November 2018. Pada 2017, dalam periode yang sama, ada 529 orang meninggal. Kematian ini melibatkan sepeda motor, busway, kendaraan umum, pejalan kaki, dan sepeda.
Dari 524 yang tewas akibat kecelakaan lalu lintas, 75 persen atau 396 orang melibatkan sepeda motor. Artinya, dalam sehari, ada satu atau dua nyawa melayang di jalan karena kecelakaan sepeda motor.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan mengenai kecelakaan lalu lintas secara global bertajuk The Global Status Report on Road Safety 2018. Laporan ini menyebut jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 1,35 juta orang per tahun. Artinya, setiap 24 detik, satu nyawa melayang akibat kecelakaan lalu lintas.
WHO memaparkan bila tingginya angka kecelakaan fatal di jalan banyak terjadi di negara berpendapatan rendah, jumlahnya tiga kali lebih tinggi dari negara maju. Menurut laporan WHO, kecelakaan lalu lintas menjadi mesin pembunuh bagi orang berusia antara 5 tahun sampai 29 tahun.
Di Indonesia, catatan Korlantas Polri (Juni 2016-Desember 2018) menyebut sepeda motor menduduki peringkat pertama penyumbang kecelakaan lalu lintas (34.720), disusul mobil (6.712), truk (6.712), dan sepeda (899).
Dari segi usia, korban berumur 10-14 tahun yang tewas sebesar 270 orang, luka berat 185 orang, dan luka ringan 1.749 orang. Untuk anak usia 15-19 tahun: korban tewas 753 jiwa, luka berat 348 jiwa, dan luka ringan 4.980 jiwa.
Menurut Dicky Pelupessy, Ketua Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sangat mungkin "faktor eksternal" berperan besar dalam kecelakaan lalu lintas. Maksudnya, anak meniru orang dewasa atau orangtuanya yang emoh memakai helm saat mengendarai sepeda motor di jalan raya. Orangtua juga gampang mengizinkan anak di bawah umur mengendarai kendaraan bermotor meski belum punya surat izin mengemudi.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Fahri Salam