tirto.id - Cormac McCarthy tinggal di bekas gudang susu di Louisville Road di El Paso, Texas, dari tahun 1970 hingga 1985. Gudang itu terletak di belakang rumahnya dan di sanalah dia menulis beberapa novelnya.
Gudang tersebut sederhana, tanpa listrik dan aliran air. McCarthy sering menulis dibantu cahaya lilin mulai pukul 4 pagi dan selesai sebelum tengah hari. Lalu istirahat makan siang dan membawa ember berisi air dari rumah ke gudang untuk mencuci tangan dan wajahnya.
Pekerjaan menulisnya akan dilanjutkan kembali pukul 6 sore sembari mendengarkan musik klasik dan musik country. Saat dilanda kebuntuan ide, ia akan menjernihkan pikiran di halaman rumah.
Terlepas dari kondisinya yang dianggap primitif, McCarthy menganggap gudang itu sebagai tempat yang produktif untuk menulis. Dia mengatakan bahwa kesunyian dan ketenangan membantunya fokus pada pekerjaan.
Warsa 1985, McCarthy pindah ke Santa Fe, New Mexico, dan merenovasi bekas gedung pemadam kebakaran menjadi studio menulis. Namun, dia sering berbicara tentang waktunya di gudang susu sebagai salah satu tempat terpenting dalam hidupnya.
Tanggal 13 Juni pekan lalu, McCarthy meninggal dalam usia 89 tahun. Ia terkenal karena karya-karyanya yang mengeksplorasi tema kekerasan, kelangsungan hidup, dan kondisi manusia.
Tumbuh di Tennessee
Cormac McCarthy lahir dengan nama Charles McCarthy pada 20 Juli 1933, di Providence, Rhode Island. Dia anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Charles Joseph McCarthy, seorang pengacara, dan Gladys Christina McGrail McCarthy. Keluarganya taat mempraktikkan ajaran Katolik Irlandia.
Nama Cormac disematkan menjadi nawa awal merujuk pada Raja Irlandia, Cormac MacArt, yang juga diyakini bahwa Irlandia adalah tanah leluhurnya.
Pada 1937, ketika McCarthy berusia empat tahun, keluarganya pindah ke Knoxville, Tennessee, tempat ayahnya bekerja sebagai pengacara di The Tennessee Valley Authority, perusahaan utilitas yang memasok listrik dan pembangunan berkelanjutan milik pemerintah federal.
Mereka pertama kali tinggal di Noelton Drive di subdivisi Sequoyah Hills kelas atas, tetapi pada 1941 menetap di sebuah rumah di Martin Mill Pike, di selatan Knoxville.
McCarthy belajar di St. Mary's Parochial School, lalu melanjutkan ke Knoxville Catholic High School. Dikenal sebagai murid yang baik dan pembaca yang rajin, ia juga aktif dalam kegiatan olahraga sekolah, mulai dari sepak bola Amerika, bola basket, dan baseball.
Koran sekolah memberinya tempat untuk menulis beberapa artikel, termasuk dua puisinya berjudul "Sportsman's Wish" dan "Autumn's Magic". Setelah lulus SMA pada 1951, McCarthy mendaftar di Tennessee University, tempat dia belajar seni liberal.
Seturut Michael L. Crews dalam Books Are Made Out of Books: Study of Influence from the Cormac McCarthy Archives (2014. PDF), dia juga mulai menulis cerita pendek berjudul “A Drowning Incident” dan “Wake for Susan” dengan nama pena CJ McCarthy di majalah sastra mahasiswa, The Phoenix.
Warsa 1953, McCarthy bergabung dengan Angkatan Udara AS dan menghabiskan pengabdian di barak selama empat tahun, termasuk dua tahun di Alaska saat menjadi pembawa acara radio.
Setelah meninggalkan Angkatan Udara, McCarthy kembali ke kampusnya di Tennessee University, lulus dengan gelar bahasa Inggris pada tahun 1959. Dia kemudian pindah ke Chicago, melakukan pekerjaan sebagai konstruksi dan sopir truk.
Inspirasi menulis Cormac McCarthy banyak dipengaruhi berbagai faktor. Masa kecilnya sering digambarkan akan sejarah, budaya, dan lanskap kawasan Tennessee. Kemudian saat di Angkatan Udara AS juga tecermin pada tema tulisannya akan kekerasan, keterasingan, dan perjuangan untuk bertahan hidup.
Kekerasan yang ditulisnya tidak serampangan, tetapi digunakan untuk mengeksplorasi tema-tema seperti sifat kejahatan, kerapuhan hidup manusia, dan pentingnya menebus kesalahan.
McCarthy juga merupakan penggemar budaya Barat dan Alkitab. Kedua hal ini memengaruhi gaya tulisannya dalam menonjolkan rasa tempat yang kuat, dan tokoh-tokohnya sering menghadapi dilema moral.
Lain itu, gaya menulisnya juga dipengaruhi oleh sejumlah penulis, termasuk William Faulkner, Ernest Hemingway, dan James Joyce.
Gaya Penulisan
Dalam menulis, McCarthy sering kali tidak menggunakan tanda baca pada dialog, seperti tanda kutip dengan tujuan agar pembaca fokus pada teks dan suara para tokohnya, selain untuk membangun keintiman.
Pada 1965, McCarthy menerbitkan novel pertamanya, The Orchard Keeper. Novel ini mendapatkan pujian dari para kritikus, sekaligus meluncurkan kariernya sebagai novelis, meskipun di sisi lain tidak menguntungkan secara komersial.
Di tahun itu ia bertemu Anne DeLisle, seorang penyanyi yang ditemuinya di kapal pesiar saat hendak bepergian ke tanah leluhurnya di Irlandia. Setahun kemudian mereka menikah.
Novel keduanya, Outer Dark, yang ditulis pada 1968 berkisah tentang seorang perempuan yang mengandung bayi saudara laki-lakinya dan meninggalkannya di hutan hingga mati.
Sejak itu ia terus menulis dan menerbitkan Child of God (1973), Suttree (1979), Blood Meridian (1985). Selanjutnya menulis The Border Trilogy yang terdiri dari: All the Pretty Horses (1992), The Crossing (1994), dan Cities of The Plain (1998).
All the Pretty Horses terjual hampir 200.000 eksemplar dalam waktu enam bulan. Itu bukan hanya buku terlaris pertama McCarthy; itu adalah novel pertamanya yang terjual banyak, sebab tak satu pun dari buku-buku sebelumnya yang terjual lebih dari 5.000 eksemplar dalam bentuk hardcover.
Novel ini kemudian diadaptasi menjadi film tahun 2000 yang dibintangi oleh Matt Damon dan Penélope Cruz, disutradarai oleh Billy Bob Thornton.
Ia terus menelurkan berbagai karya, seperti No Country for Old Men (2005), dan The Road (2006). McCarthy juga menulis beberapa skenario, termasuk The Gardener's Son (1996) dan The Counselor (2013).
Dalam novel The Road, ia menulis dengan gaya minimalis yang menggambarkan dunia pasca-apokaliptik, di mana seorang ayah dan putranya yang masih kecil melakukan perjalanan melalui lanskap yang hancur, berjuang untuk bertahan hidup.
Di sini McCarthy tidak menggunakan tanda kutip untuk menunjukkan dialog dan kerap menghilangkan tanda baca sama sekali. Gaya ini mungkin membingungkan pembaca pada awalnya, tetapi dengan cepat menjadi jelas bahwa McCarthy menggunakannya untuk menciptakan pengalaman lebih dan impresif bagi pembaca.
Dengan menghilangkan tanda baca, McCarthy memaksa pembaca untuk fokus pada ritme dan aliran prosa. Ia menciptakan rasa urgensi dan ketergesaan, yang sesuai untuk novel tentang dunia pasca-apokaliptik.
Misalnya ia menulis begini, "Bolehkah saya menanyakan sesuatu kepada Anda? dia berkata. /Ya. Tentu saja. /Apakah kita akan mati?”
Menurutnya, kurangnya tanda baca juga membantu menciptakan rasa keintiman antara pembaca dan karakter yang ada di dalamnya. Ia mengaburkan batas, membuatnya seolah-olah pembaca menguping percakapan pribadi. Ini menciptakan rasa empati terhadap karakter, dan itu membuat pembaca lebih tertarik pada pandangan cerita yang digambarkan pembaca itu sendiri.
Gaya minimalis McCarthy bukan tanpa kritik, beberapa pembaca merasa sulit untuk mengikutinya. Mereka mengeluh karena hal itu membuat novel terasa belum selesai. Namun, para penggemar lainnya berpendapat bahwa gayanya sangat penting untuk pesan novel tersebut. Mereka berpendapat kurangnya tanda baca memaksa pembaca untuk memperlambat dan memerhatikan lebih detail untuk memahami tema novel yang kompleks.
“Tidak ada alasan untuk menghapus halaman dengan tanda-tanda kecil yang aneh. Maksud saya, jika Anda menulis dengan benar, Anda tidak perlu memberi tanda baca,” ujar McCarthy dalam wawancaranya dengan Oprah Winfrey pada 2008.
Pada 2012, McCarthy menulis skenario "The Counselor" yang mengisahkan seorang pengacara di Southwest yang terjun ke bisnis narkoba. Di penghujung tahun 2022, ia merilis sepasang novel ambisius, The Passenger dan Stella Maris.
Selain novel, ia juga menulis dua drama, The Stonemason (1984) dan The Sunset Limited (2006).
Warisan Cormac McCarthy
McCarthy sosok yang tertutup, jarang melakukan ceramah atau lokakaryakepenulisan, dan hanya memberikan sedikit wawancara selama bertahun-tahun dengan sejumlah media. Seperti dilansir The New York Times, antara tahun 1968 dan 1980, dia hanya melakukan setidaknya 10 wawancara kepada surat kabar lokal kecil di Lexington, Kentucky, dan Tennessee timur, tempatnya berdomisili dan bergaul.
Di akhir hidupnya, ia tinggal di kabin terpencil di Pergunungan New Mexico, tempat dia menulis dan memelihara ternak.
McCarthy menikah tiga kali dan memiliki dua putra. Pernikahan pertamanya pada 1961 dengan Lee Holleman melahirkan Cullen McCarthy. Pernikahan keduanya dengan Annie DeLisle yang kandas pada 1981 tidak memiliki anak. Kemudian anak keduanya, John McCarthy, hasil dari pernikahan ketiganya dengan Jennifer Winkley pada 1997.
Novelnya yang paling populer seperti No Country for Old Men menceritakan tentang seorang pemburu yang menemukan kesepakatan obat bius dan terjerat dengan penjahat berbahaya. Novel ini lantas diadaptasi menjadi film pemenang Academy Award oleh Coen bersaudara pada tahun 2007. Dua tahun kemudian, The Road, memenangkan Pulitzer Prize for Fiction dan diangkat ke layar lebar oleh John Hillcoat di tahun yang sama.
Penghargaan lain yang diterimanya ialah National Book Award, National Book Critics Circle Award, dan James Tait Black Memorial Prize.
Warsa 2008, ia menjual arsip, 98 kotak surat, draf, catatan, dan karya yang tidak diterbitkan, ke Texas State University seharga $2 juta. Setahun kemudian, mesin tik Lettera 32 Olivetti yang digunakan selama kariernya menulis dalam lima dekade terjual seharga $254.500 di pusat pelelangan Christie's. Mesin itu ia beli pada tahun 1963 dengan harga $50.
Hasil penjualan itu ia sumbangkan ke Institut Santa Fe, sebuah organisasi nirlaba untuk penelitian ilmiah.
Lewat karyanya McCarthy banyak mengeksplorasi pertanyaan tentang moralitas dan sifat manusia. Karyanya dipuji karena wawasannya yang mendalam tentang kondisi manusia. Dia juga dikenal karena deskripsinya yang jelas tentang alam dan kemampuannya menangkap realitas kehidupan yang keras.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi